Romantisme Kisah Kasih Sayyidah Aisyah Istri Rasulullah SAW




Dalam sebuah lagu berjudul Aisyah Istri Rasulullah yang ramai diperbincangkan publik, saya turut tertarik untuk mengulas lagu tersebut, tapi yang saya bahas di sini adalah lirik lagu tersebut dengan menampilkan hadits-hadits yang sesuai dengan konteks liriknya.

Melihat cover banyak yang merubah lirik aslinya, jadi lirik yang saya tampilkan di sini adalah lirik asli oleh Mr. Bie dalam videonya di youtube.
Lihat di sini.


Aisyah Istri Rasulullah

[Mulia indah cantik berseri
Kulit putih bersih merahnya pipimu]

Selain cantik dan memiliki wajah yang putih kemerahan Sayyidah Aisyah adalah sosok wanita mulia yang memiliki banyak keutamaan, salah satunya sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Musa al Asy'ari, Nabi SAW bersabda:

وإنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ علَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ علَى سَائِرِ الطَّعَامِ

الراوي : أبو موسى الأشعري
التخريج : أخرجه البخاري (3411) واللفظ له، ومسلم (2431)

“Sesungguhnya keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan.” 
(HR. Bukhari dan Muslim)


[Dia Aisyah putri Abu Bakar]

Beliau adalah Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq alias Abdullah bin 'Utsman bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy. Ibunya adalah Ummu Rumman, alias Zainab binti Amir bin Uwaimir bin Abdi Syams bin Iqab bin Udzainah bin Sabi’ bin Duhman bin Al-Harits bin Ghanm bin Malik bin Kinanah.


[Istri Rasulullah]

Dalam beberapa riwayat Rasulullah menikahi Aisyah ketika masih berusia 6 tahun, dan berkumpul ketika sudah berusia 9 tahun. Mahar yang diberikan Rasulullah untuk Aisyah sebesar 12 uqiyyah atau 400 dirham.

تَزَوَّجَنِي النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وأَنَا بنْتُ سِتِّ سِنِينَ، فَقَدِمْنَا المَدِينَةَ فَنَزَلْنَا في بَنِي الحَارِثِ بنِ خَزْرَجٍ، فَوُعِكْتُ فَتَمَرَّقَ شَعَرِي، فَوَفَى جُمَيْمَةً فأتَتْنِي أُمِّي أُمُّ رُومَانَ، وإنِّي لَفِي أُرْجُوحَةٍ، ومَعِي صَوَاحِبُ لِي، فَصَرَخَتْ بي فأتَيْتُهَا، لا أدْرِي ما تُرِيدُ بي فأخَذَتْ بيَدِي حتَّى أوْقَفَتْنِي علَى بَابِ الدَّارِ، وإنِّي لَأُنْهِجُ حتَّى سَكَنَ بَعْضُ نَفَسِي، ثُمَّ أخَذَتْ شيئًا مِن مَاءٍ فَمَسَحَتْ به وجْهِي ورَأْسِي، ثُمَّ أدْخَلَتْنِي الدَّارَ، فَإِذَا نِسْوَةٌ مِنَ الأنْصَارِ في البَيْتِ، فَقُلْنَ علَى الخَيْرِ والبَرَكَةِ، وعلَى خَيْرِ طَائِرٍ، فأسْلَمَتْنِي إلَيْهِنَّ، فأصْلَحْنَ مِن شَأْنِي، فَلَمْ يَرُعْنِي إلَّا رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ضُحًى، فأسْلَمَتْنِي إلَيْهِ، وأَنَا يَومَئذٍ بنْتُ تِسْعِ سِنِينَ

الراوي : عائشة أم المؤمنين
      | المحدث : البخاري | المصدر : صحيح البخاري
الصفحة أو الرقم: 3894 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح] | شرح الحديث

 
“Aku dinikahi oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam saat aku berusia 6 tahun. Lalu kami datang ke Madinah, dan kami tinggal di Bani Harits bin Khazraj. Lalu aku menderita sakit sehingga rambutku rontok kemudian banyak lagi. Lalu ibuku, Ummu Ruman, mendatangiku saat aku berada di ayunan bersama teman-temanku. Lalu dia memanggilku, maka aku mendatanginya, aku tidak tahu apa yang dia inginkan. Maka dia mengajakku hingga aku tiba di depan pintu sebuah rumah. Aku sempat merasa khawatir, namun akhirnya jiwaku tenang. Kemudian ibuku mengambil sedikit air dan mengusapkannya ke wajah dan kepalaku. Kemudian dia mengajakku masuk ke rumah tersebut. Ternyata di dalamnya terdapat beberapa orang wanita kaum Anshar. Mereka berkata, “Selamat dan barokah, selamat dengan kebaikan.” Lalu ibuku menyerahkanku kepada mereka dan kemudian mereka mulai merapihkan aku. Tidak ada yang mengagetkan aku kecuali kedatangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada waktu Dhuha. Kemudian ibuku menyerahkan aku kepadanya dan ketika itu aku berusia 9 tahun.” (HR. Bukhari, no. 3894, Muslim, no. 1422)

Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Aisyah berdasarkan petunjuk dari Allah SWT melalui mimpi beliau, seperti tersebut dalam hadits berikut ini:

عائشة رضي الله عنها قالت: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أريتك في المنام ثلاث ليال جاءني بك الملك في سرقة من حرير فيقول: هذه امرأتك فأكشف عن وجهك فإذا أنت هي فأقول إن يك هذا من عند الله يمضه

Aisyah Ra berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Aku melihatmu (Aisyah) dalam mimpiku selama tiga malam. Malaikat datang membawamu dengan mengenakan pakaian sutra putih. Malaikat itu berkata, ‘Ini adalah istrimu’. Lalu kusingkapkan penutup wajahmu, ternyata itu adalah dirimu. Aku bergumam, ‘Seandainya mimpi ini datangnya dari Allah, pasti Dia akan menjadikannya nyata.” (HR. Bukhari dan Muslim)


[Sungguh sweet Nabi mencintamu
Hingga Nabi minum di bekas bibirmu]

Menenangkan Amarah Istri dengan Cara Unik Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah [nomor 454] meriyawatkan dari Sayyidah Aisyah RA: كان إذا غضبت عائشة عرك النبي صلى الله عليه وسلم بأنفها وقال : يا عويش قولي : اللهم رب محمد اغفر لي ذنبي ، وأذهب غيظ قلبي ، وأجرني من مضلات الفتن Artinya, “Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.’”

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/113857/14-bentuk-kemesraan-dan-keromantisan-nabi-muhammad-saw
Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah [nomor 454] meriyawatkan dari Sayyidah Aisyah RA: كان إذا غضبت عائشة عرك النبي صلى الله عليه وسلم بأنفها وقال : يا عويش قولي : اللهم رب محمد اغفر لي ذنبي ، وأذهب غيظ قلبي ، وأجرني من مضلات الفتن Artinya, “Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.’”

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/113857/14-bentuk-kemesraan-dan-keromantisan-nabi-muhammad-saw
Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah [nomor 454] meriyawatkan dari Sayyidah Aisyah RA: كان إذا غضبت عائشة عرك النبي صلى الله عليه وسلم بأنفها وقال : يا عويش قولي : اللهم رب محمد اغفر لي ذنبي ، وأذهب غيظ قلبي ، وأجرني من مضلات الفتن Artinya, “Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.’”

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/113857/14-bentuk-kemesraan-dan-keromantisan-nabi-muhammad-saw
Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah [nomor 454] meriyawatkan dari Sayyidah Aisyah RA: كان إذا غضبت عائشة عرك النبي صلى الله عليه وسلم بأنفها وقال : يا عويش قولي : اللهم رب محمد اغفر لي ذنبي ، وأذهب غيظ قلبي ، وأجرني من مضلات الفتن Artinya, “Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.’”

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/113857/14-bentuk-kemesraan-dan-keromantisan-nabi-muhammad-saw
Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah [nomor 454] meriyawatkan dari Sayyidah Aisyah RA: كان إذا غضبت عائشة عرك النبي صلى الله عليه وسلم بأنفها وقال : يا عويش قولي : اللهم رب محمد اغفر لي ذنبي ، وأذهب غيظ قلبي ، وأجرني من مضلات الفتن Artinya, “Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.’”

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/113857/14-bentuk-kemesraan-dan-keromantisan-nabi-muhammad-saw
Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah [nomor 454] meriyawatkan dari Sayyidah Aisyah RA: كان إذا غضبت عائشة عرك النبي صلى الله عليه وسلم بأنفها وقال : يا عويش قولي : اللهم رب محمد اغفر لي ذنبي ، وأذهب غيظ قلبي ، وأجرني من مضلات الفتن Artinya, “Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.’”

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/113857/14-bentuk-kemesraan-dan-keromantisan-nabi-muhammad-saw
Menenangkan Amarah Istri dengan Cara Unik Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah [nomor 454] meriyawatkan dari Sayyidah Aisyah RA: كان إذا غضبت عائشة عرك النبي صلى الله عليه وسلم بأنفها وقال : يا عويش قولي : اللهم رب محمد اغفر لي ذنبي ، وأذهب غيظ قلبي ، وأجرني من مضلات الفتن Artinya, “Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.’”

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/113857/14-bentuk-kemesraan-dan-keromantisan-nabi-muhammad-saw
Menenangkan Amarah Istri dengan Cara Unik Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah [nomor 454] meriyawatkan dari Sayyidah Aisyah RA: كان إذا غضبت عائشة عرك النبي صلى الله عليه وسلم بأنفها وقال : يا عويش قولي : اللهم رب محمد اغفر لي ذنبي ، وأذهب غيظ قلبي ، وأجرني من مضلات الفتن Artinya, “Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.’”

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/113857/14-bentuk-kemesraan-dan-keromantisan-nabi-muhammad-saw
Menenangkan Amarah Istri dengan Cara Unik Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah [nomor 454] meriyawatkan dari Sayyidah Aisyah RA: كان إذا غضبت عائشة عرك النبي صلى الله عليه وسلم بأنفها وقال : يا عويش قولي : اللهم رب محمد اغفر لي ذنبي ، وأذهب غيظ قلبي ، وأجرني من مضلات الفتن Artinya, “Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.’”

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/113857/14-bentuk-kemesraan-dan-keromantisan-nabi-muhammad-saw
Hal ini sesuai dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah RA. Beliau berkata sebagai berikut:

إنْ كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم لَيُؤتى بالإناءِ فأشرَبُ منه وأنا حائِضٌ، ثم يَأخُذُه فيَضَعُ فاهُ على مَوضِعِ فِيَّ، وإنْ كُنتُ لآخُذُ العَرْقَ فآكُلُ منه، ثم يأخُذُه فيَضَعُ فاه على مَوضِعِ فِيَّ

الراوي : عائشة أم المؤمنين | المحدث : شعيب الأرناؤوط | المصدر : تخريج المسند
الصفحة أو الرقم: 24328 | خلاصة حكم المحدث : إسناده صحيح على شرط مسلم
التخريج : أخرجه مسلم (300)، وأبو داود (259)، والنسائي (282)، وابن ماجه (643)، وأحمد (24328) واللفظ له


“Bila Rasulullah SAW disuguhkan sebuah wadah (berisi air) kepadanya, kemudian aku minum dari wadah itu sedangkan aku dalam keadaan haid. Lantas Rasulullah SAW mengambil wadah tersebut dan meletakkan mulutnya di bekas tempat minumku. Terkadang aku mengambil tulang (yang ada sedikit dagingnya) kemudian memakan bagian darinya, lantas Rasulullah SAW mengambilnya dan meletakkan mulutnya di bekas mulutku.”
(HR. Muslim, Abu Daud, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad)




 

[Bila dia marah, Nabi 'kan bermanja
Mencuit hidungnya]

Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah [nomor 454] meriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA:

كان إذا غضبَت عائشةُ عرَكَ بأنفِها و قالَ : يا عُويشُ قولي : اللَّهمَّ ربَّ محمَّدٍ اغفِر لي ذنبي ، و أَذْهِبْ غيظَ قَلبي ، و أَجِرْنِي من مُضِلَّاتِ الفِتَنِ
الراوي : عائشة أم المؤمنين | المحدث : الألباني | المصدر : ضعيف الجامع
الصفحة أو الرقم: 4433 | خلاصة حكم المحدث : ضعيف
التخريج : أخرجه ابن السني في ((عمل اليوم والليلة)) (455)، وابن بشران في ((الأمالي)) (1504)، والديلمي في ((الفردوس)) (8644) باختلاف يسير

“Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai 'Uwaisy (panggilan kecil Aisyah) katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)



[Aisyah …
Romantisnya cintamu dengan Nabi
Dengan Baginda kau pernah main lari-lari]

Sayyidah Aisyah menceritakan perihal keromantisan kisah satu ini dalam salah satu riwayatnya:

خَرَجتُ مع النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في بَعضِ أسْفارِه وأنا جاريةٌ لم أحمِلِ اللَّحمَ ولم أبْدُنْ، فقال للناسِ: تَقَدَّموا؛ فتَقَدَّموا، ثم قال لي: تعالَيْ حتى أُسابِقَكِ، فسابَقْتُه فسَبَقْتُه، فسَكَتَ عنِّي، حتى إذا حَمَلتُ اللَّحمَ وبَدُنتُ ونَسيتُ، خَرَجتُ معه في بَعضِ أسْفارِه، فقال للناسِ: تَقَدَّموا؛ فتَقَدَّموا، ثم قال: تعالَيْ حتى أُسابِقَكِ فسابَقْتُه، فسَبَقَني، فجعَلَ يَضحَكُ، وهو يقولُ: هذه بتلك
الراوي : عائشة أم المؤمنين | المحدث : شعيب الأرناؤوط | المصدر : تخريج المسند
الصفحة أو الرقم: 26277 | خلاصة حكم المحدث : إسناده جيد
التخريج : أخرجه أبو داود (2578)، والنسائي (8944)، وابن ماجه (1979) مختصراً، وأحمد (26277) واللفظ له

 


“Aku pernah keluar bersama Nabi SAW dalam suatu safarnya sementara saat itu aku masih muda, badanku belum gemuk dan belum berlemak. Nabi SAW bersabda kepada rombongan “Silakan kalian jalan duluan.” Merekapun jalan terlebih dahulu.
Lalu Nabi SAW bersabda kepadaku :

تَعَالي حَتَّى أُسَابِقَكِ
Ayo kita lomba lari…

Akupun berusaha mendahului beliau dan aku bisa mengalahkan beliau. Beliaupun terdiam. Hingga setelah aku mulai gemuk, berlemak dan sudah lupa dengan perlombaan yang dulu, aku kembali pergi bersama beliau untuk melakukan safar.
Nabi SAW bersabda kepada rombongan “Silakan kalian jalan duluan.” Mereka pun jalan terlebih dahulu.
Lalu Nabi SAW bersabda kepadaku : “Ayo lomba lari, aku akan mengalahkanmu.” Aku pun berusaha mendahului namun beliau bisa mengalahkanku dan sambil tertawa dan Beliau bersabda :

هَذِهِ بِتِلْكَ
Ini balasan yang waktu itu...




[Selalu bersama hingga ujung nyawa
Kau di samping Rasulullah…]


كانَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يقولُ وهو صَحِيحٌ: لَنْ يُقْبَضَ نَبِيٌّ قَطُّ حتَّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ، ثُمَّ يُخَيَّرُ فَلَمَّا نَزَلَ به ورَأْسُهُ علَى فَخِذِي غُشِيَ عليه سَاعَةً ثُمَّ أفَاقَ، فأشْخَصَ بَصَرَهُ إلى السَّقْفِ، ثُمَّ قالَ: اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الأَعْلَى قُلتُ إذًا لا يَخْتَارُنَا، وعَلِمْتُ أنَّه الحَديثُ الذي كانَ يُحَدِّثُنَا وهو صَحِيحٌ، قالَتْ: فَكَانَتْ تِلكَ آخِرَ كَلِمَةٍ تَكَلَّمَ بهَا: اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الأَعْلَى
الراوي : عائشة أم المؤمنين | المحدث : البخاري | المصدر : صحيح البخاري
الصفحة أو الرقم: 6348 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح] | انظر شرح الحديث رقم 24328
.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda ketika beliau sehat; “Tak seorang Nabi pun diwafatkan selain diperlihatkan tempat tinggalnya di surga, kemudian ia disuruh memilih (untuk tetap hidup di dunia atau wafat).” Tatkala beliau sakit dan kepalanya berada di pahaku, beliau pingsan beberapa saat, kemudian sadar dan membelalakkan pandangannya ke atap, kemudian berujar; “Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasih yang tertinggi.” Aku berkata dalam hati; Ini berarti beliau tidak lagi memilih untuk tetap bersama kami, dan Aisyah paham bahwa itu adalah ucapan yang beliau perdengarkan kepada kami. Lanjut Aisyah, itulah akhir ucapan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam katakan, yaitu; “Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku yang tertinggi.”  (HR. Bukhari)


وقدْ كُنْتُ مُسْنِدَتَهُ إلى صَدْرِي؟ - أوْ قالَتْ: حَجْرِي - فَدَعَا بالطَّسْتِ، فَلَقَدِ انْخَنَثَ في حَجْرِي، فَما شَعَرْتُ أنَّه قدْ مَاتَ
الراوي : عائشة أم المؤمنين | المحدث : البخاري | المصدر : صحيح البخاري
الصفحة أو الرقم: 2741 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح] | شرح الحديث
التخريج : أخرجه البخاري (2741) واللفظ له، ومسلم (1636)

Aku menyandarkan Beliau SAW di dadaku (atau dalam pangkuanku), Beliau meminta air dalam bejana hingga Beliau jatuh dalam pangkuanku dan aku tidak sadar kalau Beliau sudah wafat. (HR. Bukhari)


Aisyah…
Sungguh manis oh sirah kisah cintamu
Bukan persis novel mula benci jadi rindu
Kau istri tercinta Ya Aisy... Ya Humairaa…
Rasul sayang, kasih, Rasul cintamu

Sungguh manis memang perjalanan cinta Sayyidah Aisyah dengan Nabi. Sangat jauh bila dibanding novel-novel romansa yang penuh akan daya khayal.

Sayyidah Aisyah merupakan wanita yang begitu dicintai Nabi SAW. Terlepas dari paras yang rupawan, tentunya Nabi mencintai seseorang lebih memandang kepada nilai dan keutamaan-keutamaan pribadi orang yang dicintainya sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Amr bin Ash.

عَنْ أَبِي عُثْمَانَ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ العَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : " أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بَعَثَهُ عَلَى جَيْشِ ذَاتِ السُّلاَسِلِ، فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ: أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: (عَائِشَةُ) ، فَقُلْتُ: مِنَ الرِّجَالِ؟ ، فَقَالَ: (أَبُوهَا)، قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ( ثُمَّ عُمَرُ بْنُ الخَطَّاب )، فَعَدَّ رِجَالًا". رواه البخاري في "صحيحه" (رقم/3662) ، ومسلم في "صحيحه" (رقم/2384) .


Pada kalimat yang bergaris bawah disebutkan: "Aku (Amr bin Ash) bertanya, Siapa manusia yang paling engkau cinta? Beliau SAW menjawab, Aisyah. Aku bertanya lagi, Siapa dari golongan pria? Nabi menjawab, ayahnya (Abu Bakar)." (HR. Bukhori dan Muslim)


Panggilan Sayang Nabi Muhammad SAW kepada Aisyah : Aisy, Uwaisy, Humairaa'
 
  •  Aisy ( عايش)
Dalam riwayat Sahihain, Aisyah juga dipanggil dengan sebutan “Ya Aaisy” (يا عايش) yaitu dengan membuang ة dibelakang. Panggilan Rasulullah SAW ini adalah termasuk panggilan tarkhim. Dalam ilmu nahwu, panggilan (munadatarkhim ini tujuannya adalah panggilan halus, bisa juga panggilan sayang dengan membuang huruf untuk meringankan.

  • Uwaisy  (عويش)
Dikisahkan bahwa suatu hari Aisyah meminta Rasulullah SAW mengajarinya sebuah doa yang bisa ia ucapkan saat berdoa. Hadis ini diriwayatkan oleh istri Rasulullah SAW yang lain, Ummu Salamah dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya.

يا رسول الله، علمني دعوة أدعو بها

“Ya Rasulullah SAW,  ajarkanlah aku sebuah doa yang bisa aku amalkan,” pinta Aisyah.

يا عويش قولي أللهم رب محمد الأمي أذهب عني غيظ قلبي وأجرني من مضلات الفتن

“Wahai Uwais, katakanlah “Allahumma Rabbi Muhammadin al-umiyyi adzhib anny ghaidhal qalbi wa ajirni min mudlalatil fitani.”

Dari hadits di atas jelas bahwa kata Uwaisy bukanlah sebutan untuk orang lain, melainkan ditujukan langsung kepada Aisyah. Dalam kajian nahwu, panggilan seperti ini adalah tasghir tahbib, yaitu tujuannya adalah untuk memanggil dengan rasa cinta.
  • Humairaa' (يا حميراء)
Ibnul Atsir juga menyebutkan dalam An-Nihayah (1/1044):

 كان يقول لها أحيانا يا حُمَيْراء تَصْغير الحَمْراء يريد البَيْضاء
“Beliau (Rasulullah SAW) sering memanggilnya (Aisyah) ‘Ya Humaira’ yang merupakan bentuk tasghir (panggilan kecil) dari ‘Hamra’ (merah) sedangkan yang dimaksud adalah putih.” 

Qadhi Iyadh menyebutkan dalam Masyariqul Anwar (juz I, halaman 702):
قوله لعائشة يا حميراء تصغير إشفاق ورحمة ومحبة
“Perkataan beliau kepada Aisyah ‘Ya Humaira’ adalah bentuk tasghir (panggilan kecil) kasih sayang dan cinta.”

    

Mulia indah cantik berseri
Kulit putih bersih merah dipipimu
Dia Aisyah putri Abu Bakar
Istri Rasullallah


Sungguh sweet Nabi mencintamu
Bila lelah Nabi baring di ribamu


*Riba = Pangkuan

Sayyidah Aisyah RA meriwayatkan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ رَأْسَهُ فِي حِجْرِي فَيَقْرَأُ وَأَنَا حَائِضٌ

“Pernah Rasulullah SAW meletakkan kepalanya di pangkuanku kemudian membaca (Al-Qurán) sedangkan aku dalam keadaan haid.”
(HR. Abu Dawud [nomor 227], Bukhari [nomor 288], Muslim [nomor 454], Ahmad [nomor 24442], dan Ibnu Majah [nomor 626]).

 

[Seketika kau pula bermanja
Menyikat rambutnya]
*Menyikat = Menyisir

Sayyidah Aisyah r.a. berkata:


كُنْتُ أُرَجِّلُ رَأْسَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا حَائِضٌ


“Aku menyisir rambut Rasulullah SAW sedangkan aku dalam keadaan haid.” 
(HR Bukhari [nomor 286] dan Muslim [nomor 710]).


Aisyah…
Romantisnya cintamu dengan Nabi
Dengan baginda kau pernah main lari-lari
Selalu bersama hingga ujung nyawa
Kau disamping Rasulullah…


Aisyah…
Sungguh manis oh sirah kasih cintamu
Bukan persis novel mula benci jadi rindu
Kau istri tercinta Ya aisy... Ya Humaira…
Rasul sayang, kasih, Rasul cintamu


BONUS  


دخلتِ الحبشةُ المسجدَ يلعبون في المسجدِ، فقال: يا حُمَيْراءُ، أُتُحِبِّين أن تنظري إليهم ؟ فقلتُ: نعم. فقام بالبابِ، وجئته فوضَعَتُ ذَقَنِي على عاتَقِه، وأَسْنَدْتُ وجهي إلى خَدِّه، قالت: ومِن قولِهم يومئذٍ: أباَ القاسم طيِّبًا. فقال رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: حَسْبُكِ  فقُلْتُ: لا تَعْجَلِ يا رسولَ اللهِ. فقامَ لي ، ثم قال :حَسْبُكِ. قلتُ: لا تَعْجَلْ يا رسولَ اللهِ. قالت: وما لي حبُّ النظرِ إليهم ؛ ولكني أَحْبَبْتُ أن يَبْلَغَ النساءَ مقامُه لي ومكاني منه
الراوي : عائشة أم المؤمنين | المحدث : ابن القطان | المصدر : أحكام النظر
الصفحة أو الرقم: 360 | خلاصة حكم المحدث : صحيح | شرح الحديث
التخريج : أخرجه النسائي في ((السنن الكبرى)) (8951)، والطحاوي في ((شرح مشكل الآثار)) (292) باختلاف يسير.

Diriwayatkan oleh Aisyah, bahwa suatu ketika orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi permainan, lalu Rasulullah SAW berkata kepadaku,

يَا حُمَيْرَاءُ أَتُحِبِّيْنَ أَنْ تَنْظُرِي إِلَيْهِمْ

“Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?”
Lalu aku menjawab, “Iya.” Maka Nabi SAW berdiri di depan pintu, lalu aku datang dan aku letakkan daguku pada pundak Rasulullah SAW dan aku tempelkan wajahku pada pipi beliau.”
Lalu ia mengatakan, “Di antara perkataan mereka tatkala itu adalah, ‘Abul Qasim adalah seorang yang baik’.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Apakah sudah cukup wahai Aisyah?” Ia menjawab: “Jangan terburu-buru wahai Rasulullah.” Maka beliau pun tetap berdiri. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi lagi pertanyaannya, “Apakah sudah cukup wahai Aisyah?” Namun, Aisyah tetap menjawab, “Jangan terburu-buru wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/2833-kemuliaan-dan-keutamaan-aisyah.html


Lalu pada akhir hadits, Aisyah mengatakan :

وَمَالِيَ حُبُّ النَّظَرِ إِلَيْهِمْ وَلَكِنِّي أَحْبَبْتُ أَنْ يَبْلُغَ النِّسَاءَ مَقَامُهُ لِيْ وَمَكاَنِي مِنْهُ

Sebenarnya bukan karena aku senang melihat permainan mereka, tetapi aku hanya ingin memperlihatkan kepada para wanita bagaimana kedudukan Nabi SAW terhadapku dan kedudukanku terhadapnya.” [HR An-Nasa’i]

Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: Sanad hadits (yang diriwayatkan oleh AN-Nasa’i) ini shahih dan tidak ada satupun hadits shahih yang menyebutkan ‘humaira’ kecuali dalam hadits ini.” [Fathul Bari]

Wallahu a'lam.



Baca Selanjutnya Baca Sebelumnya
Komentar Netizen
Tulis Komentarmu
comment url