Mie Paling Romantis
Gadis itu (Sebut saja namanya Mawar) mengajakku makan malam. Dengan kata lain dia mentraktirku. Bukan lantaran aku nggak punya uang, cuma saja dia selalu menolak bila aku harus mengeluarkan uang untuk itu. Benar-benar gadis idaman.
"Sambil nunggu pesanan datang bagaimana kalau kita sedikit main tebakan?" ajakku.
"Boleh, asalkan tebakanmu harus sesuai dengan situasi malam kita kali ini!"
"Humh, apa itu sebuah tantangan, Nona manis?"
"Ya. Bukannya kau paling suka dengan tantangan, Tuan nakal?"
"Ahaha, sebutan yang liar sekali. Baiklah, akan aku pikirkan."
Situasi malam ini ya. Umh, malam ini kami tengah berada di tempat makan yang menyuguhkan aneka macam mie. Dan dia memesan mie dengan rasa pedas. Adapun aku, ah, aku agak kurang suka pedas, soalnya setiap kali aku makan yang pedas-pedas aku selalu merasa kepedasan. Merepotkan.
"Aha, aku sudah menemukan tebakan yang pas untuk situasi malam ini. Kau sudah siap, Nona rupawan?"
"Aku selalu siap. So, silakan lontarkan tebakanmu itu, Tuan genit!"
"Karena kita sama-sama memesan mie tebakanku pun sesuai dengan itu. Mie mie apa yang bikin bahagia?" Aku yakin gadisku ini pernah dengar tebakan satu ini.
"Basi, uda sering dengar yang begitu, Tuan gombal."
"Jawab saja!
"Banyak opsi jawaban. Miekirin kamu, mieliki kamu, miempiin kamu, ah, yang gitu-gitu deh pokoknya. Basi tau!"
"Jawabannya adalah mienjadi imam kamu dan mienjadi ayah dari anak-anak kita nanti. Hiyak hiyak hiyak."
"Ah, sa aja, Tuan perayu satu ini. Mie apa coba aku digombalin kek gini. Tapi kan plesetan mie jadi 'mi' bukan 'me'!"
"Eits, nggak boleh protes. wlee!"
"Dasar!"
"Ada lagi. Apa persamaan kamu sama Mie Burung Dara?"
"Eumh ... apaan?"
"Enaknya nyambung terus. Eaak."
"Receh, ih."
"Terus apa bedanya kamu sama Indomie?"
"Ya bedalah, indomie makanan, aku bukan."
"Bukan itu. Kalau Indomie seleraku, kalau kamu seleraku."
"Yey itu mah sama."
"Beda, kalau Indomie selera di lidah sedangkan kamu selera di hati aku."
"Udahan, ah. Kekenyangan gombalan kamu nggak jadi makan entar akunya."
Pesanan sudah datang. Mie pedas di hadapannya dan mie tidak pedas di hadapanku. Kebersamaan dan penerimaan dalam perbedaan itu romantis. Bahagia sesederhana ini.
"Satu tebakan terakhir sebelum kita menyantap hidangan. Mie apa yang paling romantis?"
"Mienikmati mie berdua bareng kamu."
"Bukan itu. Jawabnnya adalah mie samyang."
"Kok bisa?"
"Sebab aku samyang kamu, Kekasihku."
_______
Usai.
"Boleh, asalkan tebakanmu harus sesuai dengan situasi malam kita kali ini!"
"Humh, apa itu sebuah tantangan, Nona manis?"
"Ya. Bukannya kau paling suka dengan tantangan, Tuan nakal?"
"Ahaha, sebutan yang liar sekali. Baiklah, akan aku pikirkan."
Situasi malam ini ya. Umh, malam ini kami tengah berada di tempat makan yang menyuguhkan aneka macam mie. Dan dia memesan mie dengan rasa pedas. Adapun aku, ah, aku agak kurang suka pedas, soalnya setiap kali aku makan yang pedas-pedas aku selalu merasa kepedasan. Merepotkan.
"Aha, aku sudah menemukan tebakan yang pas untuk situasi malam ini. Kau sudah siap, Nona rupawan?"
"Aku selalu siap. So, silakan lontarkan tebakanmu itu, Tuan genit!"
"Karena kita sama-sama memesan mie tebakanku pun sesuai dengan itu. Mie mie apa yang bikin bahagia?" Aku yakin gadisku ini pernah dengar tebakan satu ini.
"Basi, uda sering dengar yang begitu, Tuan gombal."
"Jawab saja!
"Banyak opsi jawaban. Miekirin kamu, mieliki kamu, miempiin kamu, ah, yang gitu-gitu deh pokoknya. Basi tau!"
"Jawabannya adalah mienjadi imam kamu dan mienjadi ayah dari anak-anak kita nanti. Hiyak hiyak hiyak."
"Ah, sa aja, Tuan perayu satu ini. Mie apa coba aku digombalin kek gini. Tapi kan plesetan mie jadi 'mi' bukan 'me'!"
"Eits, nggak boleh protes. wlee!"
"Dasar!"
"Ada lagi. Apa persamaan kamu sama Mie Burung Dara?"
"Eumh ... apaan?"
"Enaknya nyambung terus. Eaak."
"Receh, ih."
"Terus apa bedanya kamu sama Indomie?"
"Ya bedalah, indomie makanan, aku bukan."
"Bukan itu. Kalau Indomie seleraku, kalau kamu seleraku."
"Yey itu mah sama."
"Beda, kalau Indomie selera di lidah sedangkan kamu selera di hati aku."
"Udahan, ah. Kekenyangan gombalan kamu nggak jadi makan entar akunya."
Pesanan sudah datang. Mie pedas di hadapannya dan mie tidak pedas di hadapanku. Kebersamaan dan penerimaan dalam perbedaan itu romantis. Bahagia sesederhana ini.
"Satu tebakan terakhir sebelum kita menyantap hidangan. Mie apa yang paling romantis?"
"Mienikmati mie berdua bareng kamu."
"Bukan itu. Jawabnnya adalah mie samyang."
"Kok bisa?"
"Sebab aku samyang kamu, Kekasihku."
_______
Usai.