Cerita Mini - A Y U



     "Biar lebih mudah diingat kita bisa menyingkatnya AYU."

     Dalam setengah lelap samar-samar kudengar suara Ustadz Zam mendendangkan kata Ayu. Ya, Ayu. Entah Ayu mana yang beliau maksudkan. Yang aku tahu Ayu itu nama yang terdiri dari tiga huruf; huruf A - Y - U. Tiga huruf yang sempat mewarnai hidup dan membangkitkan ketidak-berdayaanku. Tiga huruf dengan segala pesonanya yang tidak dapat kuuraikan secara gamblang. Tiga huruf nan istimewa yang sempat menjadi pengisi hati. Namu sayang beribu sayang, pada akhirnya tiga huruf itu tak tergapai, terlepas berserakan di pembuangan mimpi dan menjadi sisa masa lalu. Ah, mengenangnya benar-benar menganugerahiku kelinglungan.

     Sebentar! Kenapa Ustadz Zam menyebut kata Ayu? Ada curhatan terselebungkah di tengah pelajarannya, atau tengah menceritakan kisah santriwati yang kebetulan sama memiliki nama itu? Bodo amat lah. Aku benar-benar mengantuk saat ini. Semalam kamarku dapat jadwal ronda. Aku pun semakin tenggelam dalam lelap di tengah pelajaran Shorof. Pelajaran yang membahas ilmu pengenalan kata dasar dalam bahasa Arab sekaligus beragam perubahannya agar sesuai makna yang dikehendaki. Bagiku pelajaran ini memusingkan.

     Tukk!
     Potongan kapur mendarat tepat di kening. Aku terbangun.

     "Rey!" Suara berat Ustadz Zam mengagetkanku.

     "I.. iya, Pak."

     "Maju dan ulangi keterangan bapak barusan!"

     "Te ... tentang apa, Pak?

     "A Y U!"

     Bledar!
     Seolah tersambar petir, jantungku berasa terkapar mendengarnya. Kenapa harus tentang Ayu? Dan akau harus menjelaskan di depan kelas pula. Huh, ya sudahlah yang penting maju kemudian ngomong sekenanya, apa susahnya.

     Aku maju dengan langkah gontai. Tak kupeduli peci hitam yang menceng, baju seragam putih kusut dan wajah manis yang tampak kisut dengan mata merah. Kubiarkan seisi kelas yang hanya dipenuhi santri-santri putra memandang remeh ke arahku; Reyhan, anak kota bangkit dari bangku mimpi. Kampungan.

     "Ehm, ehm." Aku mengatur napas dan mencoba mengusir gerogi, "Ayu adalah tiga huruf istimewa ciptaan Tuhan. Sekali waktu membangkitkan, di lain waktu menjatuhkan." Dengan ge-ernya aku melontar penjelasan.

     Tukk!
     Lagi-lagi kapur mendaratkan diri. Kali ini di kening sebelah kiri. Apa mungkin Ustadz Zam pelempar jitu? Soalnya lemparan kapurnya selalu tepat sasaran.

     "Ayu mana yang kamu jelasin?!"

     "Lho, bukannya Ayu itu nama seorang wanita, Pak?"

     Sontak seisi kelas tertawa, berhuhuu; mengejek. Aku semakin bingung. Sialan.

     "Huuu, wedok ae seng mok piker!"

     "Ngunu ae gak ngerti!"

     "Hahaa, kui akibate cah turuan!"

Ustadz Zam memberi isyarat untuk diam. Kelas berangsur tenang.

     "Makanya, kalau waktunya pelajaran jangan ditinggal tidur. Generasi model sepertimu ini yang kalau dibiarkan bisa menyesatkan banyak kalangan. Contoh kecilnya menafsirkan AYU. Dalam logikamu, apa yang kamu sampaikan mungkin benar, tapi itu tidak sesuai dengan yang diminta dalam konteks pelajaran Shorof. Bisa jadi ya kita anggap benar justru terlihat salah karena kita menyampaikannya bukan pada tempatnya." Nasihat beliau melaju dengan kecepatan cahaya, menerobos kuping kananku lalu melesat keluar melalui kuping kiri.

     "Sampai pelajaran usai kamu tetap berdiri di situ!" tegas Ustadz Zam dengan telunjuk mengarah ke pojok depan kelas.

     Bukan masalah, anggap saja ini salah satu bentuk perjuangan demi Ayu. Siapa tahu ada keniscayaan menghadirkan harapan yang kini tengah hilang. Meski entah kapan.

     Sebenarnya aku penasaran, AYU apakah yang diterangkan pak Zam?
Sial, kalau saja tadi aku tidak tidur ...


***

     "AYU adalah singkatan dari alif, ya, dan wawu," Wafa -ketua syawir di kelas yang kebetulan sekamar denganku- menjabarkan saat aku melawan kegengsian untuk bertanya. Ya, demi menghilangkan rasa penasaranku terhadap AYU. Secangkir kopi dan sebungkus rokok siap sedia untuk menghabisi malam.

     "Ketiga huruf tersebut dinamakan huruf 'illat atau huruf penyakit. Sebab, ketika dalam sebuah fi'il terdapat salah satu dari 3 huruf ini maka akan ada pembuangan atau perubahan dalam alur penasrifannya. Hal itu mengindikasikan ketidak-stabilan dan kelemahan kondisi fi'il tersebut. Sehingga dinamakan fi'il bina' mu'tal yang merupakan kebalikan dari fi'il bina' shohih (sehat)." Wafa menghisap-embuskan rokoknya. Aku berangguk-angguk seolah mengerti.

     Hmm.
     Pantas saja Ayu membuat hatiku tidak stabil, terombang-ambing perasaan yang pada akhirnya membuatku menggelepar kesakitan.
Fyuuhh … Ayu, oh, Ayu.

.usai.
By: Mas Azer


Baca Selanjutnya Baca Sebelumnya
Komentar Netizen
Tulis Komentarmu
comment url