Usaha Menuju Tidur

RuangKata

Feb 19, 2022

Sejak sebelum pukul 00.00 aku sudah memutuskan untuk tidur. Lampu kamar sudah padam dan mata sudah terpejam, eumh ... lebih tepatnya kupaksa pejam, tapi lelap masih enggan menyelimuti malam.

Aku merasa semacam ada yang berlarian di kepala, namun aku tak mampu menangkapnya. Entah itu kata-kata, entah suara, atau gurauan bayang semata. Abstrak.

Aku membuka-pejamkan mata. Berharap hantu-hantu di kepala menjadi lelah dan melemah agar kemudian sepasang kantuk datang mengetuk.

Derap langkah menit kian berlalu dan tindakan tadi percuma. Tak terjadi apa-apa. Bukannya kantuk yang mengetuk, malah suntuk yang mengutuk.

"Jangan berpikir! Jangan berpikir!"
Selama 10 detik kuulang-ulang kata itu di kepala. Mengusahakan supaya kepala berkenan mengosongkan isi ruangnya dan mengusir tamu tak diundang di dalam sana. Ternyata sama saja percuma.

Semakin waktu jatuh menuju pagi, yang di kepala tadinya berlari, kini ganti menari.

Sambil menahan pejam aku menghela napas.
"Bila ingin jadi puisi, datanglah dengan permisi. Akan kusambut sepenuh hati sekalipun kau bau basi. Namun bila cuma datang tanpa kepastian, aku persilakan apa atau siapa pun itu agar segera pulang dengan tenang!" ucapku lirih mencoba mengajaknya berkomunikasi.

Di kepala, tariannya mulai berhenti, dan tidak ada tanda kalau ia akan kembali berlari. Bayang-bayang abstrak di pikiran mulai memudar perlahan. Di ujung bayang, ada sebentuk bias yang menjelma teduh senyuman, membiaskan paras puisi yang menawan.

Masih menahan pejam. Aku balas tersenyum sampai ia hilang keseluruhan.

***

Akhirnya, aku harus menutup kelewatan malam dengan gurauan imajinasi. Seperti kamu, iya kamu yang cuma datang untuk hilang.

*jangan begadang. 😴
Azer, pada pukul 02.30