Puisi-puisi Salma
![]() |
Puisi-puisi Salma |
Setelah kemarin
masazer.com membagikan
tulisan puisinya Kak
Lovembers, kali ini Mas Azer diberi kesempatan untuk membagikan beberapa tulisan salah
satu teman penulis bernama
Afifah Salma, atau oleh para teman penulis seangkatannya, ia biasa dijuluki
Si Mata Gerimis, sebab tulisan-tulisannya memang membuat mata
pembacanya bergerimis. eaaak.

O, ya gaes, Kak Afifah ini juga sudah menerbitkan sebuah buku berjudul
"Antologi Rasa". Barangkali kamu berminat untuk membeli bukunya bisa kunjungi akun di bawah ini:
Kuy, sekarang kita sama-sama baca empat puisinya Si Mata Gerimis.
1. Juni dan Harapan
Telah tergores luka di awal Mei yang tak ingin kuingat lagi. Biar saja
semua terhempas bersama mimpi dan kenangan laiknya butiran-butiran debu.
Lalu tertiup oleh angin sejauh yang ia ingin.
Cukup Eyang Sapardi yang bercerita tentang hujannya di bulan Juni. Aku
hanya ingin bercerita tentang pelangi yang muncul setelahnya.
Kau tahu? Ada doa-doa terbaik di balik mejikuhibiniu-nya pelangi.
Kusembunyikan rapat-rapat dari rengkuhan raga tak berhati. Karena aku
yakin, Tuhan Maha Tahu setiap ketulusan yang kuaminkan untukmu.
Menengadah pinta tanpa pernah lelah. Meskipun aku tahu, kenyataan telah
menghentikan langkahmu dan takdirku. Di sini. Sendiri. Tapi Tuhan selalu
punya jawaban. Semoga itu kamu.
Bekasi, 02 Juni 2021
2. Rindu Sang Penyair
Kau kira rinduku hanya sederas hujan, sepekat malam dan sekencang deru
angin yang berembus?
Tidak, Kekasih!
Bahkan gelombang di lautan saja tak mampu mengalahkan gemuruh dalam
dadaku.
Kau kira sebaris pesan yang kau kirimkan mampu melebur semua rindu itu?
Sekali lagi … tidak, Kekasih!
Rindu penyair abadi dalam setiap makna yang tersirat dalam diksi
Rindu penyair kekal dalam kisah yang terangkai bak sebuah fiksi
Aku masih menunggu tabah meredam debar
Menanti kalimat yang tak mampu kau ucapkan
Digulir waktu kemudian cahayanya berpendar
Sudahlah, mungkin pertemuan pun hanya bualan
Aku serupa lilin yang membakar diri untuk menerangi jalanmu
Sementara di ujung jalan, bukanlah aku yang sedang kau tuju
Untuk apa kau hapus segala kenangan dan lukaku?
Sementara kau hanya ingin menorehkan luka yang baru di hatiku.
Mulutku diam akan tetapi hatiku meracau
Ini bukan lelucon laiknya pertunjukan komedi
Ini tentang hati yang bertalu waktu dalam merindu
Bekasi, 31 Januari 2021

3. Kita
Kita pernah seperti kaki
Sepasang dan searah
Meski tak pernah sua dalam langkah
Kita pernah seperti luka dan tangis
Menguatkan perih yang sama
Hingga tersenyum saat badai berlalu
Kini kita hanyalah kisah
Seperti pungguk dan bulannya
Menanti mungkin hanya untuk mati
Bekasi, 17 Juli 2018
4. Aku dan Puisi
Seperti katamu, tidak semua pertanyaan harus kau jawab. Bahkan hingga saat ini, ada satu ragu yang tak mampu terselesaikan.Aku masih mencari, setiap hari, setiap waktu. Menepis rasa sakit dan ketakutan, hanya demi satu jawaban atas raguku. Sendiri.
Diam akan menjadi pilihan terbaik bagiku. Jika kau buka mata dan jadilah aku, sebentar saja. Kau akan tahu seberapa banyak namamu kusebut dalam pinta. Dan sebesar apa aku berjuang untuk rasa ini.
Aku masih di sini. Memintal sunyi sambil mengukir namamu pada langit malam. Masih dengan rasa dan rindu yang sama. Bersama puisi yang selalu kau lewatkan.
Bekasi, 10 April 2021
Kan, jadi bergerimis matanya ....

Apalagi kalau dengerin Aku dan Puisi di atas dibacain langsung sama
penulisnya....