Perihal Bahagia
Nona, kau tanyai aku perihal rindu;
Maka biar jawabku mengudara ...
Setiap hembus napasku adalah rindu.
Setiap denyut nadiku adalah rindu.
Setiap detak jantungku adalah rindu.
Setiap kedip mataku adalah rindu.
Segala yang aku adalah rinduku padamu.
Lalu katamu;
“Meski hatiku selalu milikmu, tapi ragaku sudah dicuri oleh kecurangan. Bisakah hatimu bertahan untuk tidak merinduiku? Aku tidak ingin rindu itu menyengat luka di dadamu, Tuan.”
Aku tersenyum.
Nona, cinta telah mengubah belenggu sepi menjadi sayap-sayap kerinduan yang selalu menerbangkan bayangmu dalam hati dan pikiranku, aku tidak akan mampu menepisnya, bahkan sedetik pun aku tidak bisa menahan hati untuk tidak merinduimu. Rindu memang selalu menyengatku, tapi tidak pernah melukaiku, sebab rindu memerdekakanku untuk menyebut namamu, rindu membebaskanku untuk melantunkan pujian atas keindahanmu.
Cukup dengan merindukanmu aku merasa menjadi lelaki paling bahagia.
Nona, takdir memang tidak memberikan ragamu untukku, tapi aku bahagia karena hatiku memilih singgah dan menetap di hatimu. Aku bahagia karena kau menyambutku dan menempatkanku di istana terindah dalam hatimu. Aku bahagia karena aku menjatuhkan cintaku padamu, dan kau membalasnya dengan istimewa.
Aku bahagia ... karena itu, Nona, kau pun harus bahagia di sana dengan dia.
Mas Azer, Januari 2021