NONA | Lewat Kata Aku Mengenang Engkau
NONA
Bagi si penulis (Mas Azer), sebutan Nona adalah sapaan termanis yang ia sanjungkan kepada gadis pujaan, sehingga dalam postingan kali ini akan berisi kumpulan kata-kata indah yang ia tujukan untuk si Nona.
Kamu tahu ...
dalam perjalan cinta tidak sedikit para pecinta yang kisahnya terpaksa kandas dengan latar belakang yang beragam, padahal di dalam hatinya cinta itu tak pernah mati dan bayang kekasih senantiasa menghampiri. Nah, dari peristiwa yang semacam itu, penulis mencoba mengangkat pengalaman cinta yang tak sampai dalam serangkaian kata indah sebagai bingkisan kenangannya kepada Nona.
Di sini penulis mencoba megungkapkan kata-katanya yang sederhana. Namun, lantaran timbul dari pengalaman manusiawi disertai dengan penggalian jiwa yang mendalam, sehingga yang sederhana pun menjadi kalimat yang tidak biasa; terdengar lebih beraroma dan mengaduk jiwa.
Di sini, kamu akan mendapati satu situasi; di mana kegalauan terasa manis, dan menjelma paras keindahan.
Baiklah, berikut ada sekitar 30 serpihan diksi perihal Nona yang dikumpulkan secara acak dari unggahan status di Facebooknya Mas Azer.
N O N A
Lewat Kata Aku Mengenang Engkau
- "Nona, pada selembar hatiku ada puisi menjelma cahaya ... menyebut namamu."
- "Nona, apa yang kutuliskan dan apa yang kaubaca perihal cinta itu tak lain hanya kulitnya. Sebab inti sari cinta cukup kita jadikan misteri dalam hati."
- "Nona, aku rindu mengecupkan diksi pada bibir puisi. Mencumbui kata-kata pada lidah aksara. Ah, Nona, pada desahan angin malam yang melangit rasa, kita basahi gulita."
- "Nona, seberapapun aku mencari, masih belum bisa aku menemukan yang sepertimu, tidak juga yang hampir sepertimu. Sungguh belum ada kutemukan lagi yang sebanding umpama dengan paras dan sikap dewasamu itu."
- "Nona, banyak yang datang mencoba merayu dan berusaha mengambil hatiku. Tapi kau lebih tahu aku yang tidak mudah membukakan pintu, tidak juga sembarang menjatuhkan hati. Bahkan setelah sekian lama waktu berlalu, hati dan bunga-bunga cintaku padamu tidak pernah layu."
- "Nona. Seandainya kita dapat memutar waktu, aku takkan sesulit ini mencari pengganti dirimu. Engkau Nona, satu dan satu-satunya yang begitu berhasil memenangkan hatiku. Aku bisa merasakannya bahwa di sana hatiku pun masih milikmu."
- "Nona, malam kembali berulah dengan membiarkan rindu kembali berarah. Sebelum nanti pagi menjelang, semoga rindu segera tahu jalan pulang."
- "Nona, Sebagaimana aku dan hatiku, keadaan dunia pun sedang tidak baik-baik saja."
- "Nona, rindu itu kembali memutar nada yang mengalunkan parasmu di hati dan pikiranku, bersenandung sepenuh sendu; menjelma siksa nan merdu dan derita yang syahdu."
- "Nona, aku tidak memiliki alasan lain selain engkau adalah kekasihku. Dan aku mencintaimu selalu."
- "Hatiku sudah tertunduk dan mata sudah terpejam. Sungguh, aku tidak lagi bisa jatuh kepada cinta selain engkau, Nona."
- "Bawa aku pergi ke tempat kau berpaling, Nona. Bawa aku pergi dari ini, dari sini."
- "Maaf, Nona, bila seringkali pikiranku tak santun, membawamu selalu dalam sejuk lamun."
- "Nona, kau adalah nawaytu. Sampai nanti tiba waktu, semoga aku yang melafalkan qobiltu."
- "Nona, kau tahu, kan. Aku tidak berhak melarang siapa pun untuk mencintai atau membenciku. Dan kau juga tahu, Nona, senakal-nakalnya aku, aku tidak mudah sembarangan menjatuhkan hati. Aku juga berusaha untuk tidak balas membenci mereka yang membenciku."
- "Nona, aku tak punya banyak follower. Tak memiliki banyak like. Aku juga redup, tak tenar-tak terkenal. Maaf, Nona. Aku ... aku memang tak memiliki semua itu, tapi aku punya banyak cinta untukmu."
- "Nona, meski kita menjadi kata, kata enggan menjelma kita, enggan mewujud nyata."
- "Pergi dan bawalah menjauh mendung resahmu itu, Nona. Cukup! Jangan aku! Sebab kini aku sudahlah paras pelangi di bukan hujanmu."
- "Nona, bagaimanapun juga, namamu akan senantiasa tertulis di hati, meski pada kenyataannya tidak tertulis di buku nikah."
- "Nona, kau berhak bahagia. Dengan atau pun tanpa aku."
- "Silakan bila kau ingin hilang, tapi ingat satu hal; hatiku akan siap terbuka bila kau ingin kembali pulang."
- "Teruntuk Nona yang di sana; Baik-baiklah, jangan terlalu mencemaskanku, sebab aku dan rindu baik-baik selalu."
- "Nona, bisa saja aku rela bila pun harus menunggumu selamanya. Namun aku mohon, beri tahu aku, 'selamanya' itu berapa lama?"
- "Nona, jika kau rindu, temui aku di hatimu, dan sebut namaku di do’amu."
- "Apapun yang menjadi keputusan Tuhan pada akhirnya, aku dan do'aku masih pada hati cahayamu."
- "Aku tak mengenal kata perpisahan sekalipun sepasang raga kita tak disatukan. Sebab perasaan masih sama semenjak cinta diciptakan. Begitulah seharusnya hati yang mencintai kecintaan."
- "Ada yang pada akhirnya sesuatu yang terencana tak sesuai semestinya."
- "Segala hal boleh berubah, tapi tidak denganku tentangmu."
- "Pada akhirnya kita tidak memiliki apapun, kecuali rindu yang candu."
- "Di atas bentang sajadah itu, namamu turut bersimpuh."
- "Meski tidak denganku, semoga kau senantiasa bahagia. Baik-baiklah bersamanya. Jangan khawatir, sekalipun kau sudah bersama dia, aku masih cukup tenang bersama doa."
- "Nona, siapa pun bisa membaca tulisanku dan menikmati kemanisan diksinya. Akan tetapi, Cuma engkau yang bisa membacaku dan maksud hatiku, engkau pulalah pemilik kemanisannya."
Suguhkan aku secangkir kopi, aku akan mengatasi mimpi.
*BONUS
Begitu siang benar
terpejam
Ingatan itu bayanganmu, Nona.
Akan lebih dalam menghujam
____________________
Nona
Aku melayang
Mengawan di langit puisi
Menuju pintumu
Engkau bening pelita
Yang langkahku menyusuri padam cahaya
Menuju terangmu
Nona,
Bila kuketuk hati, Bukakanlah pintu
Beri sinar itu
Biar kutemui aku
Biar kudapati hilangku
dalammu
____________________
Melukis
Warna
Nona, Jangan kau terus begitu
Terbelengu
keremangan kelabu
Penjarakan kata dalam diammu
Usaikan saja bertutup mata
Mengunci hati pagari rasa
Dunia tidak melulu luka-duka
Tidak juga takdir di gelap prasangka
Mari kemari, Nona
Biar kutatap bias pelangi di matamu
Ada secerah langit harap
Yang tertutup mendung ratap
Bukalah hati
Bawa ke dunia sini
Kubantu hapus warna rintih
Kulukis yang tak cuma hitam-putih
Tersenyumlah
Biarkan duniamu berwarna
Melampaui tujuh petala
____________________
Langit yang semalam
mendongengkan hujan, pagi ini mengisahkan gerimis, juga hikayah tentang lelap
matahari yang masih berselimut di ranjangnya. Sesekali, ada tembang angin yang
membuai tarian gigil pepohonan. Dan basah, adalah tinta yang menuliskan sisa
cerita di selembar tanah merah.
Sayang, tidak inginkah kau menyuguhkan puisi hangat untuk kita nikmati bersama anugerah
pagi? Sembari menanti mentari terbit dari mimpi.
____________________
Nona,
Di bentang jarak yang terpisah laut samudera, aku hanya bisa memandangmu
melalui jendela pikiranku. Bahkan malam ini, saat kehadiran purnama yang hanya
mampu kutatap sendiri. Kau tahu? Justru bayangmu lebih cahaya ketimbang bulan
penuh itu.
Nona,
Di seberang sana apa kau mampu mendengar panggilan
jiwaku? Jika iya, aku mengajakmu mengarahkan pandang ke langit itu. Biar kita
sama berkiblat pada purnama. Percayalah, Sekalipun berpijak di tanah yang
berbeda, kita menatap purnama yang sama di langit yang sama. Dan semoga dengan
perasaan yang sama.
____________________
Sepertiga;
Akan tiba waktunya, Nona.
Aku mendapatkan hati yang sepenuhmu, menemaniku yang terperangkap kesunyian paling dalam.
Akan tiba waktunya, Nona. Kita bersama mengetuk salam di hadapan pintu utusan malam. Membuka cahaya Rabb sekalian alam.
Semenjak dunia ...
Detik-menit memutar roda usia. Membawaku mengembara, menyusuri jejak angin, ranting-ranting hingga tanah. Sampai pada pantai dan senja. Kemudian seberkas kenangan dan sebait nama. Lalu aku dan sebayang wajahmu, Nona.
Sekian dulu... ^_^