CERITA MINI | Lembaran Ketujuh


Lembaran Ketujuh



Di bawah derasnya hujan malam ini, seorang gadis berambut kemerahan berlari menuju tempatku berteduh sambil memeluk sebuah buku yang cukup aneh. Tubuhnya yang dibalut pakaian serba hitam tampak sedikit kuyup. Aku yang kebetulan saat itu memakai jaket kulit merasa tak enak hati.

"Kau kedinginan?" tanyaku sembari menutupi pundaknya dengan jaket kulitku.
Gadis itu menoleh, memasang senyuman di wajah cantiknya, mata indahnya beradu tatap dengan mataku. Menenangkan. Aku seperti pernah melihatnya, tapi entah di mana.

"Bagaimana rasanya jadi manusia?" celetuknya. Aku mengernyitkan dahi mendengar ucapannya. Tidak mengerti.

"Maaf, maksudnya apa ya?"

Dia tersenyum, kemudian menyerahkan buku yang sedari tadi dipeluknya kepadaku, buku usang dengan lembaran kertas yang menguning. Kulirik si gadis, dia hanya mengangguk meyakinkan. Kuterima bukunya, pelan-pelan kubuka.

Srekk.
Suara gesekan kertas lembar pertama.
Hujan yang sedang deras-derasnya tiba-tiba berhenti. Aku terkejut sekaligus heran, segera kutatap langit. Ini sungguhan, bahkan mendung tak lagi menggantung, hanya langit malam yang hitam tanpa bulan dan bintang. Lalu kulempar pandanganku ke arah gadis itu. Sudah tidak ada. Eh, kapan perginya?
Aku tidak peduli, aku terlanjur takjub dengan buku pemberiannya ini. Kubuka lembar selanjutnya.

Srekk.
Seketika, bintang-bintang bermunculan dan bulan sabit tampil menawan di langit dunia. Aku terkagum, setiap lembar yang kubuka selalu menampilkan keajaiban yang mengejutkan. Aku semakin berselera membuka lembar demi lembar buku ini.

Di lembar ketiga.
Zzlap!
Aku tiba-tiba berada di suatu tempat yang sangat berbeda dengan tempatku tadi. Seolah buku ini membawaku menembus ruang-waktu. Sekarang, aku sudah berada di belantara gelap yang diselimuti kabut. Di sekelilingku berderet pohon-pohon hitam dengan cabang-cabang ranting tanpa adanya daun. Aku mencium aroma mistis dan merasakan aura magis yang kuat di hutan ini.

"Sepertinya tempat ini bukan bagian dari dunia sebelumnya," pikirku. Aku merasa berada di dimensi lain. Perasaan takut mulai mengganggu batinku. Segera kubuka lembar selanjutnya, berharap buku ini membawaku kembali ke dunia tempatku tadi.

Srekk.
Dari arah belakang angin berhembus kencang, menerbangkanku melintasi hutan aneh ini dengan kecepatan tinggi, kemudian menjatuhkanku di depan sebuah rumah tua kecil yang hanya di terangi beberapa obor.

"Sial! Tempat apa lagi ini!" gerutuku.

Sebeum aku sempat mengambil buku aneh yang terjatuh di hadapanku, lembar kelima terbuka dengan sendirinya. Tidak terjadi apa-apa, hanya ada gambar seekor kupu-kupu cantik berwarna putih memenuhi halaman buku.

"Kupu-kupu? Apakah aku sengaja diundang ke tempat ini sebagai tamu?" batinku berlagak memaknai mitos kupu-kupu.

Kuambil buku itu dan kubuka lembar keenam.

Srekk.
Semacam ada sesuatu yang menyelebungi tubuhku, kemudian energi kuat dari dalam rumah tua menarikku masuk menembus pintu.

Ah, rumah ini, suasana ini dan juga jamur-jamur yang berserakan. Aku seperti mengingat sesuatu. Tapi samar.

"Akhirnya bayanganku berhasil menemukanmu." Gadis cantik berambut kemerahan membuka tirai kamarnya.

"K-Kamu?!" Aku yakin dia gadis yang memberiku buku ini.

"Buka lembaran ketujuh, dan kau akan mengetahui semuanya."

Kubuka lembar ketujuh. 

A R R E Z T A

Itu namaku, kenapa bisa tertera di sana. Tujuh huruf itu bercahaya merah. 
Buku terlepas dari genggamanku, melayang, dengan sendirinya membuka cepat halaman tengah. Cahaya putih kekuningan keluar dan menerpaku, mengangkat tubuhku. Aksara-aksara tinta hitam keluar dari buku, berterbangan mengelilingi tubuhku kemudian membalut seluruh ragaku. Aku tidak berbuat apa-apa.

"Le-lepaskan! Apa maksudnya semua ini!"

Dalam hitungan detik tubuhku menghitam dan membentuk bulu-bulu halus. Beberapa saat kemudian tubuhku terasa panas, darahku bergejolak hebat sampai seluruh cahaya buku habis tersedot ke dalam mataku. Bergetar tubuhku.

"Grgrrrgrr...!" Aku mengerang menahan diri, gigiku yang kini berganti tering-taring saling beradu.

Zwiiiinnngg!

Usai sudah.
Aku jatuh terkulai di lantai di sebelah lembaran ketujuh yang terlepas.
Sekarang, aku mengingat semuanya. Kejadian  tujuh tahun lalu saat penyihir dunia sebelah menyusup ke tempat ini di tanggal tujuh bulan ketujuh pada tahun tujuh tepat pukul tujuh sesuai waktu dunia ini, dunia yang selalu malam. Penyihir itu yang memasang umpan ikan-ikan segar kemudian menangkapku. Dibawanya aku ke dunianya dan mengubah tubuhku.
Ya, aku ingat siapa diriku.

Zlap!
Buku tertutup, melesat menuju gadis itu.
"Penyihir itu sudah kukurung di lembar terakhir. Konyol sekali alasannya mencuri kesayanganku hanya untuk sekadar ingin main-main."

Aku tersenyum lebar memamerkan taring-taringku dengan mata bercahaya.

"Kemarilah, Rez. Kemarilah, Hitamku. Penyihir Jullie sudah lama kangen." 

Aku berlari menujunya, gadis cantik yang selalu menyelamatkan hidupku.
"Meeeoooongg ...." balasku manja.


Usai.
Ditulis oleh: Mas Azer, 18 Februari 2017

Catatan: Cerita ini lahir dari event FLASH FICTION dengan ketentuan membuat cerita dari sebuah gambar.



Baca Selanjutnya Baca Sebelumnya
Komentar Netizen
Tulis Komentarmu
comment url