Terima Kasih, Aku
Hai aku, bagaimana kabarmu?
Maaf kalau aku jarang menanyakan kabar. Seolah tidak peduli walau untuk sekadar mananyakan diri, apalagi sampai mau memeluk diri. Malah seringnya, aku mengecam diri dan membiarkannya tak berseri.
Sebenarnya begini, sesekali ingin aku berkata,
“Terima kasih untuk diriku karena tetap tegar dan berdiri atas semua kejadian yang terjadi, atas semua masalah yang dialami, atas semua lelah dan kalah, semua jatuh dan runtuh, semua sakit dan payah.
Terima kasih juga untuk hati karena selalu kuat menghadapi kengerian dan kenyerian hari. Sudah tabah menerima kisah resah dan segala gelisah, menerima beragam luka maupun duka. Dan tentunya juga terima kasih karena tetap setia untuk menjaga sosok yang aku tengah kehilangannya, seseorang yang selalu kurindui sampai kini, sampai nanti terus abadi. Terima kasih untuk tetap bertahan dalam cinta, karena aku tahu tidak mudah melewati bermacam godaan dan rayuan untuk menahan kesetiaan yang kurawat ini.
Terima kasih. Terima kasih, aku. Terima kasih, hatiku.
Tetaplah begitu; kuat dan berani, tanpa perlu ada iri melihat kanan-kiri. Hidup bukan perihal kompetisi, setiap pundak memiliki bebannya tersendiri. Hidup tak melulu soal bersaing, setiap diri memiliki perannya masing-masing. Jangan banyak mengeluh, setiap kita punya masalah dalam setiap tetesan peluh.
Hai aku. Terus saja melangkah dan kayuh roda kehidupan ini. Hidup adalah perjuangan, bukan soal kalah-menang. Bukan soal nominal uang yang kita pegang.
Perjuangan ini belum selesai. Tidak benar-benar selesai selagi kehidupan masih belum usai.
Dan jangan lupa, seimbangkan kesemuanya dengan ibadah dan doa. Sehebat apapun rencanamu, keputusan Tuhan tetaplah di atas segalanya.
Untuk semua hal yang belum tergapai, semoga segera tercapai.
Sekali lagi, terima kasih, aku!