Kau dan Huruf-huruf Kehidupanku

 

Aku bukanlah puisi, bahkan masih cukup jauh bila harus disamakan dengan diksi. Aku hanya sekumpulan huruf yang mati rasa, tak mampu jadi kata, tak bisa dieja. Tanpa makna. Huruf-hurufku sudah teramat berhamburan dipijaki ketidakpastian. Sampai kau datang pada suatu ketika, memungut huruf-huruf pecahku. Kau merekatkan dengan perlahan satu demi satu, kemudian merangkaikan sebagian sampai menjadi satu keutuhan. Sambil tersenyum lembut kau menanamkannya kembali ke dalam dada hampaku.

“Apa yang kau pungut dari ketidakbermaknaanku?” tanyaku penuh keheranan atas perlakuanmu.

“Rintihan huruf-hurufmu.”

“Kau hanya membuat kesia-siaan, Nona!”

“Tidak, Tuan. Aku berhasil merangkai keindahan darinya.”

Aku kembali dibuat heran. Belum ada yang berkenan peduli terhadapku sejauh ini. Bahkan diriku sendiri hampir enggan terhadapku.

Aku menatapnya, “Apa yang berhasil kau rangkai?”

“C I N T A.”

“Untuk apa?”

“Supaya kau tahu bahwa masih ada orang yang peduli padamu. Agar kau tahu ada orang yang siap menemanimu dalam sisa perjalanan menuju kepulangan. Dan agar kau sadar, bahwa pecahnya huruf-hurufmu bukan karena tidak bermakna, melainkan belum menemukan seseorang yang bisa memaknainya. Kau perlu mengerti, setiap sesuatu adalah berharga di mata yang tepat. Dan aku datang untuk menghidupkan makna huruf-huruf kehidupanmu. Dengan yakin kukatakan padamu, Tuan, bahwa aku adalah bagian dari huruf-hurufmu.”


_______
Coretan entah.


Baca Selanjutnya Baca Sebelumnya
Komentar Netizen
Tulis Komentarmu
comment url