Cerita Mini - Hantu Mantan

 


Kau tahu, ada yang lebih menakutkan ketimbang hantu-hantu dalam film horror, ialah satu sosok yang selalu menghantuiku setiap malam, sosok yang membuat jantungku berdebar lebih kencang, dan mempercepat laju aliran darah setiap kali ia mulai mendatangiku.

Sosok itu ... aku biasa menjulukinya dengan sebutan: Hantu Mantan.

***

Malam minggu. Malam di mana muda-mudi berpasangan di kotaku ramai memadu hubungan asmara. Tidak denganku saat ini.

malam mingguku kali ini justru merupakan malam pertamaku menempati salah satu kamar di rumah tua yang berada di sebuah desa terpencil. Sebuah desa sunyi di pedalaman yang jauh dari keramaian kota.
 
Sengaja aku mencari tempat sesunyi ini untuk sekadar menenangkan suasana hati. Kejadian seminggu lalu benar-benar membuat perasaan hatiku kacau dan tidak karuan rasanya. Bagaimana tidak, Rani kekasihku tega memutuskanku dan lebih memilih menikah dengan Daus, lelaki dari keluarga kaya bergelimang harta. Sangat berbanding terbalik denganku, lelaki yang nasib hidupnya tidak tentu.

Lihat, bahkan di desa kecil seperti ini pun aku cuma mampu menyewa kamar kecil di rumah yang sudah cukup tua dengan temboknya yang sudah lusuh, warna cat memudar pucat, dan penuh retakan di mana-mana. Penerangan pun masih menggunakan lampu teplok. Suasana kamar yang tidak jauh berbeda dengan gambaran hatiku saat ini, bedanya, sudah tidak tidak ada penerang di hatiku.

    Di depan orang tuamu kau malukan diriku
    kau bandingkan aku dengan dirinya
    kau hina diriku kau sebut tentang harta
    kasih kusadar ku tiada berpunya ~
Play lirik

Keterlaluan, bisa-bisanya lagu itu terngiang di kepalaku. Sudahlah sebaiknya aku pergi tidur saja.

Sebentar, ada kata-kata yang menari di kepala, aku segera mengurainya di atas kertas. Sebelum tertidur, satu buah puisi sendu tercipta,aku memberikannya judul 'Kamar Pucat'. Menyedihkan.

***

Pukul 24 lebih 24 menit. Aku terbangun tiba-tiba dengan perasaan gelisah dari ketidak-pulasan tidur. Napasku berat memanjang dan tersengal-sengal, keringat dingin membasahi kening. Bayangan dan raungan-raungan dalam mimpi masih terdengar jelas seperti nyata.

"Huahh, mimpi macam apa barusan bisa sampai semengerikan ini!" Aku meraih botol mineral di meja samping tempat tidur. "Sial habis!" Aku melempar sekenanya. 
Aku segera bangkit menuju dapur. Tenggorokanku benar-benar jadi terasa kering.

Tap ...  tap ...  tap ...
Terdengar suara langkah seperti mengikutiku. Aku berhenti. Langkah di belakangku ikut berhenti. Apa lagi ini? Aku mengarahkan lampu teplok yang kupegang ke sekeliling ruangan. 
Tempat apa sebenarnya ini? Ruangan yang kulewati ini juga terlihat rusak dan tak layak pakai. Bukannya sore tadi tidak terlihat seperti ini. Dan lagi, suara langkah siapa yang barusan? Seharusnya tidak ada orang lain di sini, kan.

Tidak, aku tidak boleh takut. Sudah kukatakan bahwa tidak ada yang lebih mengerikan ketimbang hantu mantan.

Aku melanjutkan menuju dapur dengan langkah cepat melewati ruangan tak karuan ini. Sesampainya di dapur suara langkah itu tak terdengar lagi. Namun, 
aku dikejutkan dengan keadaannya yang berantakan. Pecahan piring, gelas, kaca jendela, dan serakan perabotan. Tidak ada air, tidak ada yang bisa kuminum. Parah!


Baca juga: Bercinta di Neraka


Terpaksa menuju sumur di belakang rumah, pasti ada air di sana. Tenggorokanku sudah benar-benar kering.

Byur ... Byurr ...
Terdengar suara dari arah sumur. Siapa yang mandi tengah malam begini?

Wuzz ... Angin malam meniup tengkukku. ada dingin yang menusuk menembus kulit. Lampu teplok yang kupegang mati. Aku menjadi panik dalam kegelapan. Berteriak ketakutan pun percuma, tak ada rumah lain di sekitar sini.

Tenang, aku harus tenang, fyuhh ... 
Ingat, tidak ada yang lebih menakutkan ketimbang hantu mantan.

Akhirnya aku berjalan mengendap-ngendap sambil meraba sekeliling demi menuju sumur. "Krakk ... Brukk!" Pintu tua di sumur yang rapuh jatuh berdebum di lantai. Sial, sekujur tubuhku semakin merinding sekarang, tapi aku benar-benar haus.

Aku memerhatikan sekeliling sumur, tak ada siapa pun. Air di dalamnya juga kering. Ahh!
Hawa aneh meniup tengkukku. Bergidig. Kakiku terasa lesu.

Wezz...
Deg! Ada hawa aneh di belakangku. Dengan tubuh gemetar pelan-pelan aku menoleh. Sosok berdaster putih kusam berada tepat di depan mataku. Wajahnya tidak karuan bentuknya, rambut kusam berantakan, dan seringai yang menyeramkan, hampir persis dengan wajah dalam mimpiku tadi.

"Huaaaaahhh!" Aku segera berlari menuju kamar. Tidak kuhiraukan suara cekikikan nyaringnya. Tidak lagi kupedulikan rasa hausku. Aku masih takut hantu, ah, bukan takut, aku hanya terkejut saja.

Tidak jauh dari kamar aku menghentikan lariku. Memegang lututku yang lepas dengan napas ngos-ngosan. Dasar setan sialan!

Tap ... tap ... tap ...
Suara langkah yang tadi membuntutiku terdengar lagi. Aku tak lagi peduli, mau itu orang atau setan akan aku hadapi. Aku sudah terlanjur dihantui, aku harus melawan ketakutan yang tidak seberapa ini.
Sesampainya di depan pintu kamar, suara derap langkah itu berhenti, seolah ada sosok yang berdiri tidak jauh dari hadapanku. Tapi aku tidak bisa melihat apa-apa. Benar-benar gelap.

"Maafkan aku, a- aku terlambat, Rey."

Suara itu ... mirip sekali dengan suara si Rani, mantanku. Seorang perempuan mengerikan yang tadi menghantui mimpiku:
Mulanya aku bermimpi dikelilingi cahaya, tapi tidak lama setelahnya tiba-tiba bayangan Rani muncul dengan wajah yang menyeramkan. Ia mencoba menarikku dari mimpi yang awalnya indah. Saat aku menepis tangannya, dia meraung sejadinya. Dan saat itu juga aku terbangun.

"Aku tidak bisa melihatmu, tapi aku mengenali suara itu. Jika memang kau adalah Rani, apa lagi yang kau mau?! Belum cukupkah kau sakiti diriku?! Kau sudah menikam hatiku, masih belum puaskah?!" Suaraku tinggi namun masih gemetar. Bayangan mimpi yang tadi menghantui membayang jelas, apalagi sosok di sumur yang mirip sekali dengan bayangan hantu mantan dalam mimpi.

Terdengar isak tangisan di hadapanku. "Rey, dengarkan aku. Aku tidak bermaksud menyakitimu, aku memutuskanmu karena paksaan orang tuaku. Apalah dayaku? Kamu tahu, aku cuma sayang kamu. Kecintaanku hanya kamu seorang. Maafkan aku kalau pernikahanku itu membuatmu sedepresi ini, sampai harus mengakhiri hidupmu sendiri di tempat terpencil semacan ini."

"Kau bicara apa, Rani! Bukannya kau yang sudah mati mengakhiri hidupmu tiga hari setelah pernikahanmu? Dan kemudian kau datang menghantuiku!

"Tidak, Rey, tidak! Itu halusinasimu saja. Aku belum mati sebelum malam ini. Rey, Aku terus mencarimu, dan begitu tahu kau bersembunyi di sini aku bergegas menujumu. Aku kabur dari suamiku. Sayangnya aku terlambat. Aku pun memutuskan menyusulmu."

Tiba-tiba saja kegelapan menjadi terang, bayangan wajah hantu mantan yang menyeramkan mulai memudar dan berganti wajah cahaya dengan sosok rupawan yang kini berdiri di hadapanku sembari tersenyum.

Aku merasa benar-benar tenang sekarang. Dan baru kusadari, aku benar-benar sudah tidak lagi bernapas, jantungku juga tak berdetak. Aku tersenyum.

"Raih tanganku, Rani." Gadis itu melakukannya. Aku menarik tubuhnya dalam pelukanku, ia menyandarkan kepala di dadaku.

Kemudian aku mengangkat tubuhnya menuju kamar. Aku mendapati tubuhku terbaring di ranjang reot itu dengan tubuh tak bernyawa dengan Rani memeluk raga rapuhku. Kertas puisi usangku tadi tergeletak di lantai.

Aku menatapnya. "Aku sayang kamu, Rani."

"Aku juga sayang kamu, Rey."

"Aku jadi sadar satu hal, ternyata hantu mantan cuma halusinasi dari ketidak-terimaanku saja. Sebab bagaimanapun itu, mantan adalah orang yang pernah menyayangi dan menemani kehidupan kita."

"Ya, kamu benar, Rey. Jadi, meskipun sudah jadi mantan bukan berarti kita harus membenci dan mencaci."

Aku tersenyum. "Dan kita sudah jadi mantan manusia sekarang. Suda saatnya kita pulang bersama, Sayang." Ia mangangguk dan balas tersenyum manis. Sangat manis.

Perlahan, tubuh kami memudar.



________
"Zer, kau harus tenang, jika memang jodoh, ia tidak akan ke mana, sekalipun sudah jadi mantan atau bahkan sudah dinikahi orang."
Pesan Rey kepadaku sebelum ceritanya kuusaikan.

 
Cerita macam apa ini?!
Tamat. Sudah.

NB: Cerita hasil rombakan dan revisi dari cerita yang pernah penulis buat.




Baca Selanjutnya Baca Sebelumnya
Komentar Netizen
Tulis Komentarmu
comment url