Membaca Kepribadian
Membaca Kepribadian
Penulis: Kiesha
Setiap kali kita membuka mulut; berbicara, sebenarnya kita sedang memperkenalkan atau mempertontonkan kepribadian kita. Lebih tepatnya kita sedang menunjukan; "Inilah gue!".
Banyak bukti yang menunjukan bahwa kepribadian kita tergambar jelas lewat bahasa yang kita gunakan, lewat cuitan yang kita tuliskan di medsos, bahkan lewat alamat email yang kita pilih.
Temuan ini bukanlah hal baru dan membuat orang orang berkata, "Wah, masa?"
Kita tanpa sadar bisa mengetahui orang yang sangat cerewet itu biasanya berkepribadian ekstrovert, tentunya sangat berbeda dibandingkan orang yang berkepribadian introvert. Dan mereka (para ekstrovert) juga biasanya berbicara dengan cepat.
(Tapi tetep kalah cepat sama Abang ojol yang lagi kebelet. 🤭)
Kamu tahu?
Antara perempuan dan pria yang sama-sama berkepribadian ekstrovert ternyata memiliki perbedaan; perempuan ekstrovert biasanya cenderung mempunyai kelompok teman yang suka bergosip, sementara pria ekstrovert lebih sering berbicara kepada dirinya sendiri.
Selain itu, kamu juga perlu tahu kalau antara orang yang ekstrovert dan introvert itu berbicara dengan bahasa yang berbeda. Nggak percaya? Yo wes rapopo...
Ngopi dulu, dah, biar jemari ini nggak stroke.
☕☕
Eumh, setelah minum kopi rasanya semangat 45-ku mulai wake up lagi.
Lanjut ya ...
Beberapa tahun lalu para peneliti yang dipimpin oleh Camiel Beukebomm dari VU University (Vrije University) Amsterdam, bertanya kepada 50 orang relawan tentang apa tanggapan mereka terhadap beberapa foto yang menggambarkan situasi tertentu.
Yang jelas bukan foto cewek seksi or abegeh yang lagi main tiktok, lah yaw... 😀😀😀
Dan dari hasil riset itu, peneliti menemukan bahwa orang ekstrovert cenderung memilih bahasa yang abstrak dan kadang melebar kemana-mana, lain halnya dengan orang introvert yang berbicara dengan menggunakan bahasa yang konkret atau lebih spesifik dalam berbicara.
Ekstrovert berkata: "Fotonya bagus."
Sedangkan Introvert berkata: "Artikel dan foto ini sangat informatif soal keadaan kota kita saat ini."
Dari penelitian lain membuktikan bahwa orang introvert berbicara soal subyek yang lebih spesifik, misalnya; si Budi, si Santi, atau kejadian tertentu, misalnya; mati lampu semalam.
Mereka para introvert juga lebih berhati-hati dalam memilih kata dan cenderung menggunakan kata 'mungkin'. Tak jarang juga menyebut angka.
Ekstrovert berkata: "Yuk, kita makan!"
Sedangkan Introvert berkata: "Mungkin sebaiknya kita makan sate saja."
Dari penelitian itu masuk akal secara psikolog kalau mayoritas orang ekstrovert adalah penikmat hidup simpel, lebih menyukai kesenangan, mudah kenal dengan banyak orang, bahkan bisa menjalin hubungan sesaat hanya untuk kesenangan dan lebih berani mengambil resiko daripada yang introvert.
Setiap kali berbicara, orang ekstrovert juga lebih berpotensi menjerumuskan dirinya ke dalam resiko, karena pernyataannya yang abstrak, tidak akurat/tidak jelas, dan spontan.
Namun, perihal bahasa berbicara ini tidak hanya menyangkut soal ekstrovert dan introvert. Bahasa juga menunjukan aspek lain dari kepribadian seseorang, termasuk membaca kepribadian mereka ini termasuk orang yang berpikiran seperti apa:
Pertama, berpikiran terbuka.
Yang pertama ini cenderung menggunakan bahasa yang ada hubungannya dengan indra.
Kedua, cepat stress.
Yang ini merupakan orang yang jika berbicara lebih memilih kata-kata yang emosional
Ketiga, orang yang rajin.
Di mana ia cenderung selalu berbicara yang berkaitan dengan pencapaian dan profesi.
Jika meghadapi masalah;
Orang mudah stres akan berkata: "Ah, rasanya aku ingin bunuh diri saja karena beban hidup yang maha berat ini!"
Orang berpikiran terbuka akan berkata: "Kamu cuma butuh pendengar."
Dan si orang yang rajin akan berkata: "Ayo, kita bisa selesaikan masalah yang membebanimu!"
Nah, gimana?
Benar kan kalau dari bahasa aja kita bisa melihat pancaran kepribadian seseorang saat ia berada di situasi tertentu?
"Ah, saya laper, siang ini belum makan mie ayam bang Udin."
Kalau itu kata orang kelaperanvert seperti saya saat ini. Nggak ada hubungannya sama tulisan sebelumnya. 😁
Ada lagi. Selain membaca kepribadian lewat bahasa ucapan, ada juga membaca kepribadian seseorang dari caranya menulis. Benarkah?
Ada benarnya, dan itu pun setelah melalui riset penelitian yang nggak mungkin saya jelaskan semua di sini.
Capek ngetiknya, cuy. 😅
Pokoknya pernah ada hasil penelitian pada tahun 2010, di mana sekelompok psikolog Jerman memberikan sejumlah kata, kemudian menyuruh 50 siswa untuk menuliskannya menjadi sebentuk cerpen. Hasilnya?
Orang yang berpikiran terbuka menghasilkan cerita yang lebih kreatif. Sementara orang dengan pikiran santun membuat tulisan yang memperlihatkan sudut pandang norma dan sosial.
Ketika tulisan dua kelompok yang berbeda ini dipertukarkan, maka sang pembaca akan dengan mudah menebak pribadi sang penulis.
Ok, itulah sesuatu yang saya dapatkan di sana.
Dan ini sebenarnya belum selesai, tapi saya capek ngetiknya.
Ngopi lagi dulu aja, ya, sambil mau liat keluar jendela, siapa tau ada tukang jagung rebus lewat.
[Penulis lagi keluar nyari tukang jagung. Ditunggu aja, yak]
Hi, aku kembali.
Lanjut ya ...
Lalu bagaimana kalau satu kelompok orang dipertemukan dalam satu ruangan?
Sebuah studi menyebutkan, jika sekelompok orang introvert berada dalam satu ruangan, kemungkinan mereka akan membicarakan solusi untuk menghadapi tentang suatu masalah.
Misalnya:
"Saya harus pindah kontrakan karena tetangga saya berisik."
"Ya sudah, pindah."
"Baiklah, mari kita mencari kontrakan baru."
Di sisi lain, ketika sekelompok orang ekstrovert berada dalam satu ruangan mereka akan berbicara banyak topik yang berbeda, dan pada intinya membicarakan hobi atau kesenangan mereka, misalnya:
"Eh, ada diskon loh akhir pekan ini!"
"Udah tau belum ada cafe baru tuh di ujung jalan sana!"
"Eh, model dan warna rambut yang lagi trend sekarang apa, sih?"
Nah, seperti yang orang tahu tentang kepribadian ekstrovert dari bahasa percakapan mereka, yakni lebih mengarah untuk kesenangan hidup.
Hal menariknya dari bahasa dan kepribadian ini sangatlah konsisten. Meskipun begitu, kita tidak berhak menilai sesiapa orang yang kita temui melalui bahasa yang digunakannya. Apalagi sampai kita menjudge orang itu.
Salah satu contoh:
Orang yang kerap menggunakan angka di alamat emailnya ternyata lebih pemalas. Dan kita juga kerap salah sangka. Sedangkan alamat email yang humoris/nyeleneh pastilah milik orang ekstrovert.
Namun tentunya, penelitian yang menunjukan siapa diri kita dan membaca kepribadian sebenarnya lewat bahasa yang kita gunakan saat berbicara, menulis, atau mencuit, pastinya agak mengganggu, khususnya bagi mereka yang ingin melindungi privasinya jauh-jauh dari publik.
Walaupun sebenarnya pemahaman ini bisa kita manfaatkan untuk merubah cara pandang orang lain terhadap kita.
Oke, sebaiknya aku berhenti menulis sekarang, sebelum kalian tau siapa aku sebenarnya.
Untuk lebih jelasnya kalian bisa membaca di BBC future berjudul "The Hidden Ways Your Language Betrays Yours Caracter".
Capek, kan, bacanya? Samaaaa.. Jari-jariku juga kaku, ngetik pakai 10 jari rasanya udah nggak karuan, gegara ada luka di ujung telunjukku kena irisan pisau dapur. Lagian siapa juga yang suruh baca ? Ya nggak?
Yaelah, tukang jagung rebus yang biasa lewat itu kemana, ya?
Aku merindukannya saat laper begini 😌😌😌
Ya, udah lah. See u...
Bandung, 190920
Sha