Puisi - Membaca Waktu



Menyala senja
yang aku, duduk di biasnya
di pinggir kali, di atas batubatu
menghadap mega

dalam angin yang jiwaku terhempas
kisah usangku bernapas
kenangan yang rampas

lembaran ingatan mengambang di kepala
satu, dua hingga cerita
resah, mengeja silam itu;
           waktu yang dulu kuhanyutkan
           masa yang dulu kutenggelamkan
           dalam arus hati berbatu
           di dasar keruh mata, buta

waktu dalam ketika
saat yang ucap
saat yang cakap
jadi dusta jadi nista
sempurna daku durhaka

tapi,
       tidak di mata; teduh tatapmu
       tidak di dada; lapang tabahmu
       selalu senyum menjadi arah
       selalu belai jelma anugerah

kemudian waktu saat detikku terjatuh
waktu takluk pundakku memikul rapuh
kau datang, mengantar tubuh
kau tenang, mengangkat runtuh
kau seka jarum
kau beri harum
mengantar sekuntum senyum

Dan waktu, sehari lalu
hujan derasku jatuh
sekali, lalu berkali-kali
basahku mata, perih
dingin, menggigilku hati

sebegitu tiba, Ayah
tutupmu waktu, berpulang abadi
sebelum sempat kukecupkan ampun
sebelum sempat dosa bersuci

Ayah,
semua sejarah yang kau warisi
aku putramu, pengganti
surgasurgasurga; semoga
menyambut sucimu raga



Azer, Maret 2018



Baca Selanjutnya Baca Sebelumnya
Komentar Netizen
Tulis Komentarmu
comment url