Perihal Sajak
Halo sobat RuangKata!
Kali ini kita akan sama-sama mengenal apa itu sajak. Bagi kamu penggiat dunia literasi, terlebih puisi, pasti tidak asing dengan kata satu ini, bukan? Akan tetapi, apa kamu sudah benar-benar mengenal sajak dan mengerti cara penerapannya dalam tulisan kamu?
Baik, supaya kita bisa mengenal lebih dalam perihal sajak, yuk kita belajar bersama!
APA ITU SAJAK?
Sajak. Kita akan memulai dari KBBI. Kalau kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kita akan mendapati pengertian sajak sebagaimana berikut:
sajak/sa·jak/ n
1 gubahan sastra yang berbentuk puisi;
2 bentuk karya sastra yang penyajiannya dilakukan dalam baris-baris yang teratur dan terikat;
3 gubahan karya sastra yang sangat mementingkan keselarasan bunyi bahasa, baik kesepadanan bunyi, kekontrasan, maupun kesamaan;
4 patut; kena; cocok: ia berpakaian indah lagi --;
bersajak/ber·sa·jak/ v
1 mempunyai persamaan bunyi: kata “hati” - dengan kata “sakti”; banyak peribahasa yang -;
2 berbentuk puisi: cerita yang dibacakannya itu -;
3 membacakan lirik; membacakan puisi: ia pandai - di atas panggung;
4 mengarang puisi: saya - pada waktu lengang, di saat hati tenang;
menyajak/me·nya·jak/ v mengarang puisi: sudah sejak kecil ia suka -;
menyajakkan/me·nya·jak·kan/ v
1 menjadikan bersajak; menyesuaikan bunyi suku kata: dipilihnya kata “kudus” untuk -nya dengan kata “bagus”;
2 mengubah menjadi bentuk puisi: ia - percakapan dalam sandiwara itu;
persajakan/per·sa·jak·an/ n
1 perihal persamaan bunyi: - puisi itu bagus dan serasi;
2 perihal puisi: Sutan Takdir Alisyahbana terkenal juga dalam bidang -;
penyajak/pe·nya·jak/ n orang yang mengarang sajak (puisi, syair); penyair; pengarang sajak (puisi): Chairil Anwar adalah - dari Angkatan '45
Bagaimana, sudah ada gambaran di kepala? Kalau belum, kita lanjutkan.
Di antara kamu pastinya ada yang mengaitkan antara sajak dan puisi, atau ada pula yang mencari-cari perbedaan antara keduanya. Demikianlah banyak kejadiannya, di mana dalam penggunaan sehari-hari pula kata 'sajak' dan 'puisi' kerap dianggap sebagai sinonim, sehingga dalam konteks tertentu sajak disebut pula puisi. Namun, terkadang kedua kata ini digunakan untuk menunjuk dua ihwal yang hampir berlainan.
Kata ”sajak” tak jarang merujuk pada wujud formal yang tampak pada sebuah komposisi verbal yang berirama—termasuk di dalamnya rima, panjang-pendek larik, dan pembagian bait. Karena itu, frase ”pola persajakan” mengacu pada penyusunan unsur-unsur tersebut dalam sebuah karya. Sedangkan ”puisi” bisa mengarah pada watak sugestif bahasa yang digunakan atau kekuatan dan kepadatan imajinasi yang terkandung dalam suatu karya tulis, entah karya itu mengandung ”pola persajakan” ataupun tidak.
Nah, barangkali ada yang pernah mendengar kesimpulan yang mengungkapkan: Sajak adalah puisi, tapi puisi belum tentu sajak. Saya sepakat dengan ungkapan ini. Karena memang sajak lebih erat kaitannya dengan puisi sebagaimana pemaparan saya sebelumnya, maka kita akan menggunakan ungkapan tersebut sebagai sarana untuk lebih mengenal sajak
Kuy, kita kulik bersama!
Sajak adalah puisi:
Kalau kita menangkap pengertian sajak yang pertama dan kedua dalam KBBI di atas, seharusnya kita bisa bersepakat soal ini. Dan sebagaimana pengertian sajak yang ketiga dalam KBBI, bisa kita tarik lagi sebuah kesimpulan bahwa sajak lebih berkaitan dengan persamaan/keselarasan bunyi dalam sebuah kalimat, sehingga menyebut sajak ialah persamaan bunyi adalah hal yang sesuai dengan apa yang tertulis dalam buku Sastra Indonesia yang saya baca dan sama seperti yang tertulis dalam catatan kaki sebuah esai yang ditulis tahun 1951 oleh Intojo, salah satu pengarang generasi Pujangga Baru.
Nah, persamaan-persamaan bunyi itu sangat sering kita jumpai dalam karya puisi. Adapun pengaruh sajak pada puisi sangat mengikat kepada bentuk dan pemilihan kata dalam sebuah puisi.
Puisi belum tentu sajak:
Puisi merupakan ragam sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan padat, kaya makna, serta indah. Puisi sekarang ini—yang tidak lagi terikat aturan tertentu sebagaimana Puisi Lama, juga menggunakan bahasa yang lebih homogen dan bebas.— sering kita temui bahwa baris-barisnya ada saja yang tidak bersajak (dalam artian tidak menampilkan pemilihan kata yang mementingkan persamaan bunyi), bahkan tak jarang kita menemui puisi yang sekadar menumpahkan rasa dengan baris kata yang seadanya. Selain itu, kata puisi menjadi sangat luas pemaknaannya, sehingga kawasan ”puisi” kini seakan lebih luas dari sastra: sekali waktu kita mendengar sebuah film atau lukisan disebut ”puitis” atau dikatakan sebagai sebuah ”puisi”—bukan karena ada kata-kata bersajak di dalamnya, melainkan karena kekuatan visualnya.
Dan kita juga bisa menjumpai keindahan puisi dalam ragam sastra prosa, seperti: cerpen, novel, atau esai. Sehingga dengan untaian kalimat-kalimat indah nan menawan, sebuah karya prosa biasa disebut puitis. Jadi benar adanya kalau puisi memang belum tentu sajak.
Salah satu karya prosa dengan bahasa yang puitis bisa kita lihat dalam cerita-cerita Laila Majnun. Kamu bisa baca salah satu kisahnya: Pesan Terakhir Layla
KESIMPULAN:
- Sajak adalah gubahan sastra berbentuk puisi yang berdiri sendiri atau sifatnya individual yang mengedepankan harmonisasi/keselarasan bunyi.
- Sajak adalah 'persamaan bunyi'. Mungkin untuk pengertian sajak yang ini semakna dengan apa yang disebut Rima.
PEMBAGIAN JENIS-JENIS SAJAK
Setelah kita tahu bahwa sajak merupakan pula persamaan/keselarasan bunyi, kita juga harus tahu bahwa persaman itu ada yang benar-benar sama dan ada pula yang hampir sama, karena itu sajak memiliki beberapa jenis yang terbagi sesuai dengan kelompoknya.
- Menurut Posisi
1. Sajak Awal
Sajak awal ialah persamaan bunyi yang terdapat pada awal kalimat, seperti dalam bait Sajak Kau dan Binatang berikut:
Ada anjing Dan kau sama menggonggong Ada kucing Dan kau sama menggarong Atau tikus Yang kau rapi berdasi Atau domba Yang kau lihai mengadu emosi
2. Sajak Akhir
Sajak Akhir ialah keselarasan bunyi yang terdapat pada akhir kalimat. Sajak ini terdapat hampir pada segala puisi lama juga pada puisi baru. Misalnya dalam puisi Laut karya Amal Hamzah:
Berdiri aku di tepi pantai
Memandang lepas ke tengah laut
Ombak pulang pecah berderai
Keribaan pasir rindu berpaut
- Menurut Kesesuaian Bunyi Suku Kata
1. Sajak Penuh atau Sajak Sempurna
Sajak ini adalah persamaan bunyi pada suku kata akhir secara penuh. misalnya:
gabak dari awan pun men.dung
pandan terkulai menderi.ta
sajak mati ayah kan.dung
makan berurai air ma.ta
2. Sajak Paruh atau Tak Sempurna
Persamaan bunyi pada suku kata akhir secara tidak sempurna.
Uncang buruk tak berta.li
Kian kemari tergantung-gan.tung
Bujang Buruk tak berbi.ni
Kian kemari meraung-ra.ung
Sajak antara bertali dengan berbini dan antara gantung dengan raung walaupun ada persamaan bunyi, tetapi kurang sempurna.
3. Sajak Aliterasi
Persamaan bunyi yang terdapat pada huruf konsonan pada seluruh kata dalam satu kalimat.
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia, selalu
4. Sajak Asonansi
Sebagaimana Sajak Aliterasi, persamaan pada Sajak Asonansi juga pada seluruh katanya dalam sebuah kalimat, hanya saja persamaan bunyi pada sajak Asonansi terletak pada huruf vokal.
kini kami bertikai pangkai
diantara dua mana mutiara
jauhari ahli lalai menilai
lengah langsung melewat abad
5. Sajak Rangkai
Kesesuaian bunyi pada sajak rangkai terletak pada huruf vokal, akan tetapi hanya pada beberapa suku kata. Contoh: Kesabaran butuh kesadaran Karena kesadaran timbul kesabaran Raih kekayaan untuk kejayaan Karena kejayaan menjaga kekayaan
6. Sajak Rangka
Sajak rangka memuat kesesuaian bunyi pada huruf vokal dalam beberapa kata. Contoh:
Lihat simpang jalan samping kota
Tindak tanduk ibu tua renta
Tak lelah pontang panting
Tak berhenti mondar mandir
Gunakan kesempatan sebelum kesempitan
- Menurut Kesamaan Bunyi Pada Setiap Akhir Kata
1. Sajak Rata
Sajak rata atau sajak sama adalah sajak yang memiliki kesesuaian bunyi akhir a-a-a-a. Contoh:
Malam itu
Terdengar lagi tangisan sendu
Siapakah beliau
Untaian kata memecah kalbu
Derap langkah tanpa tersipu
Jantung ini terus menderu
Oh Ibu..
Sujudmu
Doamu
Kenapa selalu untukku
Anakmu.
2. Sajak Silang
Sajak silang atau sajak sengkelang adalah sajak yang memiliki kesesuaian bunyi akhir a-b-a-b. Contoh:
Kenapa engkau datang wahai maut
Belahan jiwaku kau bawa pergi
Kenapa dia yang kau renggut
Membawa nestapa dalam diri
Apa guna kini kuhidup
Hanya sepi dan sunyi
Untuk siapa aku hidup
Masa depanku telah pergi
3. Sajak Kembar
Sajak kembar atau sajak pasangan adalah sajak yang memiliki kesesuaian bunyi akhir a-a-b-b. Contoh:
Marahmu untuk pendidikan
Tegasmu untuk kekuatan
Absolutmu untuk masa depan
Meski kasihmu hanya selalu tersirat
Lelah tiada kau tampakkan
Sakit tak pernah kau tunjukkan
Sungguh besar pengorbanan
Terima kasih untukmu ayah
4. Sajak Peluk
Sajak peluk atau sajak paut adalah sajak yang memiliki kesesuaian bunyi akhir a-b-b-a. Contoh:
Ya Tuhan kami
Kami telah terpuruk dalam lautan dosa
Detik menit jam kami terendam dalam dosa
Pantaskah kami raih surgawi?
Bisakah kami tetap berdiri
Tanpa kasih dan sayangMu
Tapi justru kami mengecewakanMu
Ya Tuhan ampunilah kami
5. Sajak Patah
Sajak patah atau sajak putus adalah sajak yang memiliki kesesuaian bunyi akhir a-a-a-b, a-b-a-a, atau a-a-b-a. Contoh:
Tengoklah raga ibumu
Kecil tapi penuh kekuatan
Lemah tapi penuh keberanian
Pantang menyerah untuk masa depan
6. Sajak Bebas
Selain jenis jenis sajak yang telah disebutkan di atas, dikenal juga sajak bebas. Sajak bebas merupakan sajak yang tidak mempunyai bentuk ataupun bunyi yang sama. Tidak ada aturan sama sekali dalam jenis sajak ini. Contoh:
Teruntuk buah hatiku
Memang sukar hidup ini
Banyak cela banyak maki
Banyak lubang sana sini
Namun tegaplah berdiri
Jangan goyang jangan ragu
Tapaklah jalan agama
Pasti benar sampai mautmu
Jangan goyang jangan takut
Ibu selalu bersamamu
Bersama Tuhan di hatimu
Sobat RuangKata, berikut saya rekomendasikan sebuah bacaan (yang juga sebagai beberapa rujukan saya) untuk menambah wawasan perihal sajak: Sanjak, Sajak, Puisi dan Sajak, Puisi. Bisa juga kamu tonton video penjelasan dari penyair Hasan Aspahani; Klinik Puisi: Apa Bedanya Puisi dan Sajak.
"Sebelum Jadi Penulis, Jadilah Pembaca Yang Rakus."