Sekumpulan Kata Tak Seberapa

Berikut ini sekadar kata-kata tak seperapa yang dikumpulkan dari beberapa coretan Mas Azer.
Pada harapan yang mana puisi kau cipta bila cinta tak lagi bertahta?
Di mana angan yang selaksa angin yang dulu menerpa segala ingin?
Mana di mana rasa yang kini menjelma kesah di lepas kata?
Mana di mana rasa yang kini menjadi kisah di tumpah tinta?
Sepertiga;
Akan tiba waktunya, Nona.
Aku mendapatkan hati yang sepenuhmu, menemaniku yang terperangkap kesunyian paling dalam.
Akan tiba waktunya, Nona.Kita bersama-sama mengetuk salam di hadapan pintu sepertiga malam. Bermohon cahaya Tuhan sekalian alam.
Setelah kemarin keramaian
Kaukah kini kembali kesendirian
Atau dalam kemarin keramaian
Kau dapati diri kesindiran?
____________setelah bising kembali asing.
(aku yang kembali terperangkap keasingan yang usang)
Shubuh kamarku. Nyawa tidur berbantal dengkur. Masih lampu kamar terpejam. Selalu saja putaran hari; sebelum bangun matahari, raga enggan berdiri.
Bermula dari kata. Lalu rasa. Lalu suka. Lalu cinta. Lalu kita.
Bertemu nyata. Lalu nikah. Lalu istri. Lalu anak. Lalu mati.Heumh ...
Kehidupan tak pasti
Bisa-bisa bisa jadi
Kalau-kalau di tengah nikah lagi
Sebelum mati.
Begitu siang benar terpejam
Ingatan itu bayanganmu, Nona.
Akan lebih dalam menghujam
Ada yang pada akhirnya sesuatu yang terencana tak sesuai semestinya ...
mendung mewajah suram
di pipimu
hujan bermalam
deras kenangan enggan reda
membanjir rindu
melanda dada
Silakan bila kau ingin hilang, tapi ingat satu hal; hatiku akan siap terbuka bila kau ingin kembali pulang.
Kau tak perlu repot menjelma waktu, mengelabui hitungan sepi hanya sekedar demi menantiku.
Kau tak perlu repot bangunkan waktu, menepikan sayap senyap di gigil gelap sekedar demi menyemogakanku.
Kau tak perlu repot-repot, sebab jatuh hati padaku saja sudah begitu merepotkan.
Membandingkan dirimu dengan yang lain sama saja seperti membandingkan bulan dengan matahari; tidak ada perbandingan. Percayalah! Bulan dan matahari bersinar indah pada waktunya. Begitupun kau, akan benderang pada waktunya.
(Dari jiwaku untukku)
Daripada mengeluh bahwa mawar itu berduri, bergembiralah bahwa yang berduri itu memiliki bunga mawar.
Nona, aku membawamu menuju taman kata, memetikkan sekuntum puisi yang kau pinta.
Tidakkah kausadari? aroma sajaknya mewangi; raflesia
Betapa indahnya jika kau menemui hati yang tidak menuntut apa-apa darimu selain sebatas kehendak untuk senantiasa melihatmu dalam keadaan baik.
Apapun yang menjadi keputusan Tuhan pada akhirnya, aku dan do'aku masih pada hati cahayamu.
Sudahkah kau sembahkan cinta? Atau masih shubuh yang cahayamu buta?
Aku ...Masih di tempat yang sama;
dalam ruang yang cahaya enggan menyapa.
Jangan kemari!
Tak perlu payah menyinari!
Di gelap ini,
tak ada yang bisa kaucari
hanya senyumku hati
warna mati.
Aku adalah kau
yang kau
bukanlah aku
Dalam ketika, kucoba mengendarai sunyi. Menyusuri hening, menuju segala diam. Waktu membisu.