Masihkah Kau Mencariku?
Mencari tahu kabarku, mencari tahu bagaimana keadaan kehidupanku setelah kepergianmu.
Bila iya, maka aku masih baik-baik saja, begitu pula hatiku untukmu.
Nona, aku ingin tahu ...
di kepalamu, apakah ingatan tentangku masih pepohonan rimbun yang menyejukkan? Atau sudah menjadi semak yang membelukar dan melumuti kenangan?
di hatimu, apakah rindu kepadaku masih sederas hujan yang menggigilkan? Atau sudah menjadi hujan badai yang mengguncangkan sehingga perlu disingkirkan?
di bibir manismu, apakah namaku masih kau langitkan bersama do'a-do'a malammu? Atau sudah luruh jatuh membumi tepat di antara tanah pemakaman?
Nona, sudah lama aku tidak mengetahui kabarmu
aku tidak tahu di mana keberadaanmu
aku sudah berusaha mencari dari banyak hal yang bisa kujelajahi untuk menemukanmu
aku ... aku tidak mendapatkan apapun perihalmu
aku sungguh-sungguh kehilangan jejakmu
di antara kalut yang terus bergelut
di antara risau yang kian menggalau
aku hanya ingin bertanya
bagaimana kabarmu?
masihkah kau mencariku?
masihkah kau merinduiku?
Nona, sebagaimana permintaanmu aku masih menuliskan puisi
tentangmu.
“Tuan, teruslah
berpuisi. Aku akan selalu menyukainya. Sebab puisi-puisimu tempat bernaung
bagi rinduku, sebab puisimu tempat berpulang rinduku. Rindu yang tak mungkin
menciptakan temu, rindu yang tak bisa lagi menujumu.
Jadi kumohon sekali lagi padamu, Tuan, teruslah berpuisi untukku; Nonamu.”
Jadi kumohon sekali lagi padamu, Tuan, teruslah berpuisi untukku; Nonamu.”
Nona ...
Masihkah kau mencariku?
Masihkah kau membaca tulisan-tulisanku?
atau perlahan sudah melupakanku dan mulai mengabaikan semua yang kutulis untukmu?
Jika itu terjadi, aku tidak mengapa.
Asal kau tetap baik-baik saja dan senantiasa bahagia, aku pun akan berusaha baik-baik saja.
Aku tidak menyesal pernah mencintaimu dan dicintai olehmu, meskipun kebersamaan kita tidak bisa bertahan sampai akhir waktu.